SOLOPOS.COM - Aktivitas Tempat Pembuangan Sementara di dekat Monumen 45 Banjarsari, Solo, Senin (3/3/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo menargetkan penutupan 49 tempat pembuangan sementara (TPS) hingga akhir tahun 2014 ini. Rencana penutupan TPS yang kelak hanya menyisakan lima TPS itu muncul sejak awal tahun 2014 ini. Realisasi dari rencana itu baru menyasar enam TPS dari total 54 TPS yang tersebar di lima kecamatan.

Menurut DKP, ke-49 TPS itu dibongkar untuk dijadikan taman kota atau ruang terbuka hijau (RTH). Puluhan TPS tersebut bakal berubah fungsi karena DKP sudah menyiapkan TPS mobil yang ditempatkan di kelurahan. Nantinya, masing-masing kelurahan mendapat satu unit TPS mobil.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala DKP Solo, Hasta Gunawan, mengatakan Pemkot Solo memutuskan untuk menyisakan lima TPS pada tahun depan. “Sebagai ganti TPS yang dibongkar, kami mengerahkan 43 unit mobil mini dump atau TPS mobil untuk mengumpulkan sampah. Mobil-mobil itu akan berkeliling untuk mengambil sampah yang sudah dikumpulkan para petugas kebersihan di kelurahan masing-masing,” kata Hasta saat dijumpai Solopos.com di ruang kerjanya, Jumat (4/6/2014).

Hasta mengatakan sampah yang terkumpul di TPS mobil akan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo. “Sampah rumah tangga langsung dibuang ke TPA Putri Cempo dengan TPS mobil dan truk DKP. Apabila sampah menumpuk di TPS kan lama-lama mengancam kesehatan masyarakat hingga menimbulkan penyakit, bau tidak sedap, hingga ketidaknyamanan dalam beraktivitas,” ujar Hasta.

Hasta menambahkan penutupan TPS juga bisa mengurangi kesan kumuh Kota Bengawan. “Selain alih fungsi TPS menjadi taman dan RTH, penutupan TPS juga bertujuan untuk menata Kota Solo. Jadi sampah rumah tangga bisa tertata dan terkontrol. Selain itu, kami juga menyediakan Rp600 juta untuk membeli 20 unit gerobak motor. Gerobak-gerobak motor itu untuk mengumpulkan sampah di wilayah yang sulit terjangkau TPS mobil,” imbuh Hasta.

Sementara itu, sejumlah petugas penarik gerobak sampah kelurahan menyesalkan langkah Pemkot Solo yang menutup TPS. Mereka mengeluh lantaran tidak bisa lagi mencari tambahan uang dari hasil penjualan sampah yang telah dipilah.

Seorang petugas kebersihan Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Solo, Samiran, 58, mengatakan pendapatan para petugas kebersihan menurun hingga 50% dalam sebulan. Sebab, para petugas kebersihan harus langsung membuang sampah ke TPS mobil tanpa sempat memilahnya.

“Para petugas kebersihan selama ini mendapat pemasukan lebih banyak dari hasil menjual sampah ke tengkulak. Barang-barang yang kami kumpulkan di antaranya berupa botol plastik, besi, dan kertas. Barang-barang itu laku kalau dijual,” kata Samiran saat dijumpai Solopos.com di TPS Gandekan, Jumat pagi.

Samiran mengatakan para petugas kebersihan mampu mengumpulkan lebih dari Rp1 juta dari hasil menjual sampah. Uang itu lebih besar dibanding gaji per bulan yang diberikan kelurahan.

“Saat masih ada TPS, petugas kebersihan bisa dapat Rp2 juta per bulan. Setelah TPS ditutup, para petugas kebersihan hanya memperoleh gaji dari kelurahan senilai Rp950.000/bulan. Kami jelas dirugikan dengan kondisi ini,” ujar Samiran.

Sementara itu, seorang petugas kebersihan di TPS Jl. Ir. Juanda Jagalan, Agus, 40, mengaku khawatir apabila TPS di tempatnya ditutup. Dia cemas karena potensi pendapatan tambahannya tiap bulan bakal hilang.

Pun, menurut Agus, penutupan TPS membawa masalah baru bagi mereka. Sebab, petugas kebersihan kelurahan harus menyesuaikan diri dengan sopir TPS mobil yang kerap berpindah tempat. Para sopir itu harus berpindah tempat karena banyak warga yang protes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya