SOLOPOS.COM - Petugas kebersihan di Semanggi, Wawan, 43, menubggu kedatangan TPS mobile di tepi Jl. Serang, Selasa (27/9/2016). Petugas pembawa gerobak memgaku kerap mendapat keluhan warga. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Pengelolaan sampah Solo, sejumlah sopir TPS Mobile di Semanggi kesulitan mencari lokasi transit.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah petugas kebersihan yang mengoperasikan TPS mobile di Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon kesulitan mencari transit untuk mengangkut sampah dari pembawa gerobak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sopir TPS mobile Semanggi 1, Kasmuri, mengaku kesulitan mencari transit karena kerap diprotes warga. Warga menolak TPS mobile berhenti di sekitar mereka untuk mengangkut sampah dari pembawa gerobak karena menimbulkan bau yang tidak sedap. Dia mengaku bingung dengan sikap warga yang mengajukan protes kepada petugas.

“Saya bertugas mengambil sampah di tujuh RW. Kenyatananya tidak semua RW bisa untuk singgah. Misalnya, kami tidak bisa berhenti di RW 020 dan RW 021 karena dianggap mengganggu jalan. Akhirnya kami terpaksa menunggu petugas sampah dari RW 020 dan RW 021 di RW 019. Sudah seperti itu, kami dikomplain lagi oleh warga dengan alasan bau,” ujar Kasmuri kepada Solopos.com, Kamis (29/9/2016).

Kasmuri menerangkan berdasarkan ketentuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, petugas kebersihan yang mengoperasikan TPS mobile harus keliling mengambil sampah ke berbagai RW atau wilayah. TPS mobile tidak diperbolehkan berhenti hanya di satu tempat untuk menunggu petugas pembawa gerobak. Padahal, menurut dia, cara tersebut lebih efektif ketimbang harus keliling tanpa kepastian transit.

“Sebenarnya dari awal seharusnya TPS mobile itu keliling ke rumah-rumah warga. Pernah kami coba ternyata susah. Mobile tidak bisa masuk ke gang-gang kecil. Kemudian kami memutuskan untuk singgah di satu lokasi, yakni di tepi Jl. Kyai Mojo. Proses pengangkutan sampah dari petugas saat itu berjalan lancar. Baru tiga bulan ini kami diminta keliling lagi ke setiap RW, ternyata malah dapat komplain di sana-sini,” jelas Kasmuri.

Kasmuri meminta warga kooperatif dengan kerja TPS mobile. Dia berharap warga mengerti bahwa kedatangan TPS mobile untuk kepentingan mereka, yakni mengambil sampah untuk dibawa ke TPA Putri Cempo, Mojosongo, Jebres. Kasmuri menilai kerja TPS mobile dengan berhenti di setiap RW sudah tepat karena sesuai dengan petunjuk pemerintah. Namun, menurut dia, lebih baik lagi TPS mobile diizinkan berhenti di satu tempat.

“Bukan kemudian kami tidak mau keliling. Apabila TPS mobile berhenti di satu tempat, akan memudahkan kerja petugas sampah. Mereka akan mudah menjangkau keberadaan kami. Masyarakat yang ingin minta bantuan untuk membuangkan sampah ke TPA juga akan mudah menemui kami yang berhenti di satu lokasi pasti. Sampah di masyarakat jadi terangkut banyak. Tidak ada lagi petugas sampah yang ketinggalan,” jelas Kasmuri.

Sopir TPS mobile Semanggi 3, Wakino, mengusulkan agar jumlah TPS mobile di Semanggi ditambah dua unit lagi. Menurut dia, empat TPS mobile yang sekarang beroperasi tidak mampu mengangkut sampah seraca optimal di rumah warga yang tersebar di 23 RW. Wakino khawatir TPS mobile yang tersedia akan cepat rusak apabila terus mengangkut sampah berlebih.

“TPS mobile setiap rit mengangkut sampah yang dibawa 6 gerobak sampai 8 gerobak dari lingkungan warga. Jumlah tersebut jelas terlalu banyak. Butuh mobil baru untuk mengatasi sampah yang begitu banyak dari warga. Pengalaman saya, TPS mobile di kelurahan lain juga sama, mengangkut sampah sampai overload,” papar Wakino.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya