SOLOPOS.COM - TPA Putri Cempo Solo. (JIBI/Solopos/Dok)

Pengelolaan sampah Solo, muncul wacana pembangunan TPA baru untuk proyek percontohn listrik berbasis sampah di Solo.

Solopos.com, SOLO–Proyek percontohan listrik berbasis sampah yang bakal diterapkan di Solo belum tentu memanfaatkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo. Muncul opsi pembuatan TPA baru di wilayah penyangga Solo (Soloraya) untuk merealisasikan proyek pemerintah pusat tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu dibeberkan dalam pertemuan Komisi II DPRD dengan Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH). Menurut anggota Komisi II DPRD, Ginda Ferachtriawan, pusat masih menimbang lokasi pembangunan di Kota Solo. Ginda mengatakan program energi terbarukan itu belum tentu menggunakan TPA Putri Cempo. Diketahui, Solo bersama Jakarta, Bandung, Surabaya, Tangerang, Semarang dan Makassar ditunjuk menjadi proyek percontohan listrik berbasis sampah. “Belum ada kepastian akan dibangun di Putri Cempo. Bahkan besar kemungkinan [proyek] akan dibangun di luar Solo (kabupaten yang berbatasan dengan Solo),” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Senin (8/2/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Pertimbangan memilih lahan di luar Solo tak lepas dari desain proyek yang perlu melibatkan pasokan sampah dari kabupaten di Soloraya. Ginda mengatakan teknologi pengolahan sampah menjadi listrik perlu dukungan sampah 1.000 ton per hari. Adapun produksi sampah di Solo hanya menyentuh sekitar 250 ton per hari.

“Lapisan tanah Putri Cempo yang didominasi sampah juga berpotensi menyulitkan dalam pembuatan instalasi.”

Pihaknya mengaku tak terlalu memermasalahkan lokasi bakal proyek percontohan. Namun demikian, Ginda mengggarisbawahi upaya Pemkot yang telanjur ingin menggaet investor untuk pengelolaan sampah Putri Cempo. Dia menilai perlu ada komunikasi intens antara pusat-daerah untuk mengantisipasi tumpang tindih kebijakan.
“Apalagi proyek listrik berbasis sampah ditargetkan sudah beroperasi 2019. Apa mau investor bekerja sama dalam waktu yang teramat singkat?,” ucapnya.

Ginda menilai upaya lelang untuk mendapatkan investor bagi Putri Cempo perlu ditinjau ulang jika pusat serius menjadikan Solo sebagai pilot project.

Anggota Komisi II, Quatly Abdulkadir Alkatiri, mendengar proyek listrik berbasis sampah kini sudah memasuki tahap feasibility study (FS). Menurut Quatly, pembangunan infrastruktur diproyeksi rampung 2018-2019. “Nanti sampah-sampah dari Solo dan eks-karesidenan Surakarta rencananya bermuara di situ,” ujarnya.

Quatly mengapresiasi rencana pembangunan sumber energi terbarukan di Solo. Di sisi lain, dia mengkritik minimnya sinergitas pusat-daerah dalam pembahasan kebijakan tersebut. “Pusat mestinya paham kalau Solo sudah melangkah dengan rencana menggaet investor untuk Putri Cempo. Dengan kebijakan baru ini tentu perlu pembicaraan ulang mengenai tata kelola sampah di Solo.”

Quatly mendesak pusat konsisten menyiapkan infrastruktur serta keberlanjutan program setelah pembangunan. Hal itu salah satunya jaminan listrik yang dihasilkan TPA dibeli oleh PLN. “Kami khawatir proyek yang bisa senilai puluhan miliar ini mangkrak karena inkonsistensi pemerintah,” tutur politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Sementara, Penjabat Wali Kota Solo, Budi Yulistianto, hingga Senin petang belum dapat dikonfirmasi. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo juga tidak mengangkat telepon Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya