SOLOPOS.COM - Sampah Organik dari Bank Sampah Dibikin Pupuk Kompos

Pengelolaan sampah Solo, pengelola Sipengestu memilih mengurangi produksi karena kompos tak laku dijual.

Solopos.com, SOLO–Pengelola Instalasi Go Green Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (Sipengestu) di Kelurahan Serengan, Serengan, Solo terpaksa mengurangi intensitas produksi karena kompos kini tidak lagi begitu laku terjual.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengelola Instalasi Go Green Sipengestu, Widodo, mengatakan sejak lima bulan terakhir bank sampah tidak lagi memproduksi kompos setiap hari, melainkan hanya tiga hari sepekan. Menurut dia, permintaan pasar akan kompos di Instalasi Go Green Sipangestu semakin berkurang. Widodo menilai banyak pihak maupun masyarakat yang sudah mampu nemproduks kompos secara mandiri.

“Sekarang banyak orang yang sudah tahu cara pembuatan kompos. Dulu kami dapat pesanan kompos rutin dari Klaten, namun sekarang sudah tidak lagi. Pelanggan semakin berkurang. Kompos saat ini rata-rata hanya dibeli atau dimanfaatkan oleh warga sekitar Serengan. Warga membeli pupuk organik hanya dalam skala kecil,” kata Widodo kepada Solopos.com di bank sampah, Rabu (3/8/2016).

Apabila ingin tetap laris, Widodo menilai, kompos harus dikemas dengan lebih baik. Dia mengakui kompos selama ini dikemas hanya seadanya, yakni menggunakan plastik maupun karung apabila akan dijual. Selain itu, menurut Widodo, kompos harus dipasarkan lebih intens dan luas. Meskipun bermanfaat, dia menyesalkan apabila kompos produksi instalasi Go Green Sipangestu hanya digunakan oleh warga sekitar.

“Sekarang di gudang ada puluhan karung berisi kompos siap pakai yang belum juga laku terjual. Kalau mau tetap dijual, kompos tersebut harus dikemas menarik supaya bisa didistribusikan ke toko-toko  pertanian. Selain itu, produksi kompos juga tetap harus dipromosikan. Pengelola tidak bisa berbuat semuanya itu sendirian. Harus ada orang lain yang bisa membantu. Selama ini promosi hanya ditangani oleh pihak kelurahan,” ujar Widodo.

Senada, pengelola Instalasi Go Green Sipengestu, Agung Prasetyo, 30, mengatakan kompos kini rata-rata hanya dibeli atau dimanfaatkan oleh warga sekitar Serengan. Warga membeli kompos hanya dalam skala kecil. Dia mengatakan kompos kurang dipasarkan sehingga tidak juga punya pasar yang jelas atau pelanggan tetap. Agung mengatakan kompos kini hanya diproduksi tiga hari sepekan, yakni pada Rabu, Kamis, dan Sabtu.

“Kami tidak punya teman khusus yang bisa menangani pemasaran. Kondisi itu membuat kompos kurang laku terjual. Kami selama ini memasarkan kompos hanya secara lisan dari mulut ke mulur. Selama tidak ada petugas khusus, pemasaran kompos saat ini menjadi urusan pemerintah kelurahan,” kata Agung.

Agung menyampaikan hasil penjualan kompos seharga Rp2.500 per kilogram (kg) tersebut tidak menentu setiap pekannya. Dia menceritakan kompos bahkan pernah tidak terjual sama sekali dalam sepekan. Agung berharap pemerintah lebih serius dalam pengelolaan instalasi Go Green Sipangestu. Dia ingin pemerintah semakin getol atau menyediakan tenaga khusus oemasaran untuk menjual kompos.

“[Pemerintah] Kelurahan Serengan pernah mendapat pembeli kompos dalam partai besar. Namun, kehadiran para pembeli tidak menentu. Butuh pemasaran yang lebih bagus agar konoos bisa laku terjual. Selama ini pupuk banyak dibeli oleh warga sekitar saja. Kami padahal sial memproduksi komps 150 kg per hari,” papar  Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya