SOLOPOS.COM - Spanduk penolakan pendirian tempat pembuangan akhir (TPA) sampah terpasang di jalan menuju lokasi bekas penambangan galian C, Desa Troketon, Pedan, Senin (23/3/2015). Sekelompok orang yang mengatasnamakan warga menolak rencana pendirian TPA di desa tersebut. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pengelolaan sampah Klaten, DPU dan ESDM siap memberikan bukti dalam pengelolaan sampah di TPA Troketon.

Solopos.com, KLATEN–Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Klaten siap memberikan bukti bahwa pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) secara permanen di Troketon dilakukan secara modern. Pengelolaan sampah di TPA Troketon dijamin tak ada bau dan lalat yang menyebar ke permukiman warga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Klaten, Muh. Anwar Shodiq, kepada Solopos.com, Senin (7/3/2016). Dengan jaminan tak ada bau dan lalat, DPU dan ESDM optimistis mampu membangun TPA Troketon dalam waktu dekat.

“Kami sudah menyusun Detail Engineering Design (DED) di sana. Anggaran juga sudah ada. Otomatis kami akan terus memberikan pemahaman kepada warga. Beri kami kesempatan untuk membuktikan kalau memang pengelolaan sampah di sana nanti bersifat modern. Dengan model pengelolaan yang dilakukan, warga di sana tak perlu khawatir adanya bau dan lalat,” katanya.

Shodiq mengakui masih adanya pro dan kontra terkait rencana pembangunan TPA Troketon masih wajar. Penolakan warga disebabkan belum pahamnya warga terkait pengelolaan sampah yang dilakukan ke depan.

“Kami siap menjalani mediasi atau audiensi dengan warga kapan pun. Dalam mengolah sampah nantinya, kami tentu juga memikirkan nasib warga [DPU dan ESDM menyiapkan dana senilai Rp1,5 miliar untuk pembangunan tahap awal di TPA Troketon di atas lahan 500 meter persegi. Selain membangun los sampah, DPU juga menyiapkan mesin pemilah dan pengolah],” katanya.

Hal senada dijelaskan Kepala DPU dan ESDM Klaten, Abdul Mursyid. Rencana pembangunan tahap awal di TPA Troketon sudah dibahas dalam APBD 2016.

“Pembangunan di TPA Troketon tetap jalan terus. Pembangunan di sana juga sudah sesuai ketentuan,” katanya.

Terpisah, Ketua Komisi III DPRD Klaten, Hengky Asnawi Salim, belum bisa dimintai keterangan terkait rencana pembangunan TPA Troketon. Di waktu sebelumnya, Hengky hanya meminta kepada jajaran eksekutif agar pembangunan TPA Troketon harus melibatkan warga. “Saya lagi ada acara. Nanti saja,” katanya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Ribuan Hektare Tanaman Padi di Kudus Puso Akibat Terendam Banjir

Ribuan Hektare Tanaman Padi di Kudus Puso Akibat Terendam Banjir
author
Newswire , 
Burhan Aris Nugraha Jumat, 29 Maret 2024 - 07:23 WIB
share
SOLOPOS.COM - Petani memanen padi di sawah yang terendam banjir di Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). (Antara/Yusuf Nugroho)

Solopos.com, KUDUS — Petani mengangkut padi dengan terpal saat panen di sawah yang terendam banjir di Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024).

Menurut data dari Dinas Pertanian dan Pangan setempat, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus sejak Rabu (13/3/2024) tersebut merendam seluas 3.839 hektare tanaman padi dan 2.645 hektare diantaranya mengalami puso atau gagal panen yang tersebar di Kecamatan Jati, Undaan, Kaliwungu dan Undaan serta Mejobo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Banyak petani yang mengalami kerugian akibat tanaman padi yang siap panen terendam banjir, salah satunya di Desa Karangrowo sebanyak 348 hektare lahan sawah.

Koran Solopos

Petani mengangkut padi di sawah yang terendam banjir di Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). (Antara/Yusuf Nugroho)

 

Petani mengumpulkan padi saat panen di sawah yang terendam banjir di Desa Karangrowo, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/3/2024). (Antara/Yusuf Nugroho)

Emagazine Solopos

Interaktif Solopos


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Uniknya Ngabuburit Sambil Nonton Pentas Wayang Kulit di Desa Tegalgiri Boyolali

Uniknya Ngabuburit Sambil Nonton Pentas Wayang Kulit di Desa Tegalgiri Boyolali
author
Anik Sulistyawati Jumat, 29 Maret 2024 - 07:23 WIB
share
SOLOPOS.COM - Suasana ngabuburit di Sanggar Keluarga Wartoyo Langgeng Nusantara (SKWL), Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Rabu (27/3/2024) sore. (Istimewa/SKWL)

Solopos.com, BOYOLALI – Alunan gamelan mengiringi sang dalang bermain wayang kulit di salah satu rumah wilayah Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, Rabu (27/3/2024) sore jelang berbuka puasa. Puluhan mata terlihat fokus melihat gerakan wayang yang bermain di partikelir.

Arena tempat ngabuburit sekaligus pentas wayang kulit tersebut adalah rumah sekaligus Sanggar Keluarga Wartoyo Langgeng Nusantara (SKWL) Nusantara milik Ki Dalang Wartoyo. Beberapa tetangganya ikut menyaksikan sambil ngabuburit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pemilik sanggar SKWL, Ki Dalang Wartoyo, menyampaikan ngabuburit sambil pentas wayang kulit menjadi salah satu kegiatan rutin yang ia gelar saat Ramadan. Ia menyampaikan siapa saja bebas menonton pentas wayangnya dan biasanya para tetangga yang melihat pentas wayang sambil ngabuburit jelang berbuka puasa.

“Acara seperti ini kami gelar setiap tahunnya. Hanya satu hari dalam sebulan. Pelaksanaanya menjelang buka puasa. Setelah itu kamibuka puasa bersama dan lanjut salat tarawih berjemaah,” terang dia kepada Solopos.com, Kamis (28/3/2024).

Koran Solopos

Selanjutnya, Wartoyo menyampaikan lakon yang dipilih dalam acara ngabuburit sambil pentas wayang kulit adalah Lahire Wisanggeni [Lahirnya Wisanggeni]. Lakon tersebut menceritakan kisah lahirnya pemuda yang akan membenahi kehidupan.

Ia mengatakan pergelaran wayang kulit dulunya digunakan para wali untuk syiar agama Islam dan mengenalkan budaya Jawa. Wartoyo pun ingin mengikuti jejak para wali sambil memperkenalkan budaya Jawa kepada tetangga sekitarnya, termasuk generasi muda yang nantinya bertugas melestarikan budaya Jawa.

“Sebagai dalang, saya merasa memiliki kewajiban untuk memperkenalkan seni Jawa terhadap warga dan anak anak,” jelas dia.

Emagazine Solopos

Selanjutnya, ia mengatakan untuk semakin memaknai perjuangan para wali menyebarkan agama Islam, kegiatan buka bersama juga digelar dengan cara tradisional. Yaitu dengan makanan untuk buka puasa digelar di atas daun pisang yang memanjang hingga 200 meter.

“Makanan yang disajikan dengan alas daun pisang sengaja kami pilih sebagai perwujudan kebersamaan antarwarga,” jelas dia.

Sementara itu, salah satu warga, Sulastri, mengaku senang dengan adanya ngabuburit sambil menikmati pentas wayang dan dilanjutkan berbuka bersama. Menurutnya, rasa saling memiliki dapat terbentuk dengan makan bersama.

Interaktif Solopos

Selain itu, menurutnya acara pentas wayang jelang berbuka juga bisa menjadi salah satu contoh baik bagi anak agar beribadah dan melestarikan budaya bisa berjalan bersama.

“Ini juga unik karena biasanya pentas wayang identik dengan malam hari, kalau di sini sambil menunggu berbuka puasa dimainkan saat sore,” kata dia.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Kasus DBD di Sragen Cenderung Meningkat, Ini Sebarannya di 25 Puskesmas

Kasus DBD di Sragen Cenderung Meningkat, Ini Sebarannya di 25 Puskesmas
author
Tri Rahayu , 
Anik Sulistyawati Jumat, 29 Maret 2024 - 07:11 WIB
share
SOLOPOS.COM - Seorang warga mengendarai sepeda motor melewati halaman RSSP Sragen, Kamis (28/3/2024).(Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman di Kabupaten Sragen selama musim penghujan karena tren kasusnya cenderung meningkat sejak Januari-Maret 2024.

Peningkatan kasus DBD itu juga dibarengi dengan peningkatan kasus kematian hingga Maret terdapat tiga kasus kematian yang semua masih anak-anak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen melakukan verifikasi gejala klinis dari laporan fasilitas kesehatan (faskes) dengan DBD elektronik. Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Sragen, Sri Subekti, mencatat jumlah kasus yang mengarah ke DBD tetapi setelah diverifikasi lewat DBD elektronik ternyata tidak positif DBD melainkan masuk kategori demam dengue (DD). Kasus DD di Sragen, ujar dia, cukup banyak. Selama Januari-Maret, Subekti mencatat kasus DD mencapai 964 kasus.

“Sedangkan kasus DBD selama Januari-Maret sebanyak 152 kasus. Jadi total kasus DD dan DBD itu kalau diakumulasi mencapai 1.116 kasus di Sragen. Kasus DBD tertinggi terjadi di Sumberlawang disusul Sragen Kota, Mondokan, Ngrampal, dan Sukodono. Di lima kecamatan itu kasus DBD di atas 10 kasus. Kasus DD tertinggi juga masih di Sumberlawang dengan 118 kasus, kemudian Mondokan 88 kasus, dan Sragen 85 kasus,” jelasnya.

Koran Solopos

Berikut Daftar Sebaran Kasus DBD di 25 Kecamatan di Sragen

No   Puskesmas                         Kasus DBD

1       Kalijambe                           3 kasus

2       Plupuh 1                              6 kasus

3       Plupuh 2                              2 kasus

4       Masaran 1                          8 kasus

Emagazine Solopos

5       Masaran 2                          3 kasus

6       Kedawung 1                      4 kasus

7       Kedawung 2                      1 kasus

8       Sambirejo                           2 kasus

9       Gondang                             3 kasus

10     Sambungmacan 1            3 kasus

11     Sambungmacan 2            4 kasus

Interaktif Solopos

12     Ngrampal                            13 kasus

13     Karangmalang                   8 kasus

14     Sragen Kota                       15 kasus

15     Sidoharjo                            2 kasus

16     Tanon 1                               4 kasus

17     Tanon 2                               8 kasus

18     Gemolong                          5 kasus



19     Miri                                       4 kasus

20     Sumberlawang                 16 kasus

21     Mondokan                         14 kasus

22     Sukodono                           11 kasus

23     Gesi                                      5 kasus

24     Tangen                                7 kasus

25     Jenar                                    1 kasus

Total                                              152 kasus

Keterangan

Kasus kematian akibat DBD terjadi di Tangen pada 19 Januari 2024; Ngrampal pada 31 Januari 2024; dan di Karangmalang 23 Maret 2024.

Sumber: Dinkes Sragen per Kamis (28/3/2024)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories