SOLOPOS.COM - Beberapa petugas sampah mengambil sampah di TPS Dusun Jetak, Desa Bolon, Colomadu, Karanganyar, Jumat (21/5/2015). (Eni Widiastuti/JIBI/Solopos)

Pengelolaan sampah Karanganyar tepatnya di Colomadu didera munculnya tempat sampah dadakan.

Solopos.com, KARANGANYAR – Beberapa desa di Kecamatan Colomadu, Karanganyar, terus berupaya mengatasi masalah sampah. Tempat sampah dadakan menjadi momok desa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa Baturan, Suseno, mengungkapkan di Dusun Griyan awalnya ada tempat sampah dadakan. Meski sudah ada larangan membuang sampah, cukup banyak warga yang membuang sampah di tempat tersebut.

Lama kelamaan, tempat tersebut menjadi tempat sampah dadakan. “Akhirnya tempat sampah itu kami bersihkan lalu kami tutup,” ungkapnya saat ditemui di Balaidesa Baturan, Senin (25/5/2015).

Selain masalah tempat sampah dadakan, Pemerintah Desa Baturan terpaksa harus mempekerjakan beberapa orang untuk mengambil sampah yang menumpuk di tempat pembuangan sampah (TPS).

Pasalnya dalam sebulan terakhir, petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Karanganyar telat mengambil sampah untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

“Biasanya tiga hari sekali sampah diambil. Tapi dalam sebulan terakhir, sampai hampir sepekan belum diambil. Akibatnya sampah menumpuk dan bau. Oleh karena itu kami berinisiatif membuang sampah sendiri,” jelas dia.

Menurutnya, keterlambatan pengambilan sampah oleh dinas terkait karena terbatasnya jumlah personel. Saat ini, Desa Baturan memiliki dua TPS besar dan lima TPS kecil di setiap dusun.

Sementara itu tempat sampah dadakan di Jl. Adi Soemarmo, Desa Gawanan, kini telah ditutup dengan anyaman bambu sepanjang kurang lebih 10 meter.

Kepala Desa Gawanan, Murdiyanto mengungkapkan ia sudah kewalahan mengatasi masalah tempat sampah dadakan tersebut. Berbagai upaya sudah dilakukan tapi nihil hasilnya. Oleh karena itu ia berinisitif untuk menutup daerah tersebut dengan anyaman bambu.

“Minimal orang yang lewat tidak lagi melihat tumpukan sampah di pinggir jalan itu,” ujarnya.

Kepala Desa Bolon, Muhadi mengungkapkan awalnya Desa Bolon memiliki TPS di pinggir jalan Dusun Jetak. TPS itu diperuntukkan bagi warga perumahan di sekitar TPS.

Namun dalam perkembangannya, mereka yang membuang sampah berasal dari berbagai daerah. Akibatnya, sampah cepat menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap.

“Mungkin karena letaknya di pinggir jalan jadi orang lebih gampang membuang sampah,” jelasnya.

Akhirnya, kata Muhadi, ia memutuskan untuk menutup TPS tersebut. Sebagai gantinya, tanah kas desa seluas 100 meter persegi di Dusun Jetak, digunakan untuk membangun TPS baru.

TPS dibangun dengan bantuan dana pemerintah senilai Rp157 juta dan dana swadaya masyarakat Rp13 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya