SOLOPOS.COM - Anak-anak mengantre di Perpusatakaan Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Kamis (3/3/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Pengelolaan sampah Karanganyar, Pemkab Karanganyar menargetkan bisa membentuk 20 desa mandiri sampah 2016.

Solopos.com, KARANGANYAR–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), menargetkan bisa membentuk sedikitnya 20 desa mandiri sampah 2016.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Saat ini baru tiga desa yang sudah menjalankan sistem pengelolaan sampah mandiri. Ketiga desa itu yakni Kalisoro, Tawangmangu; Buran, Tasikmadu; dan Selokaton, Gondangrejo.

Penjelasan tersebut disampaikan Kepala DKP Karanganyar, Titis Sri Jawoto, saat ditemui wartawan, Kamis (17/3/2016). “Tahun ini target kami ada tambahan di 17 titik lagi. Jadi totalnya bisa menjadi 20 titik pengelolaan sampah sistem desa mandiri sampah,” kata dia.

Pemerintah desa yang tertarik dengan program tersebut akan dibantu pengadaan bangunan untuk pengolahan sampah. Syaratnya, desa menyediakan lahan ukuran 10×20 meter persegi. DKP juga akan memberikan alat pemilah dan pencacah sampah.

“Kami juga akan dampingi dalam pengolahan sampah. Bagi desa yang tidak mau dengan program ini, kami akan dekati pengurus salah satu rukun tetangga [RT]. Ketua RT kami ajak menandatangani MoU pengelolaan sampah secara mandiri,” sambung Titis.

Bagi RT yang sudah menandatangani kesepakatan, berkewajiban mendorong warganya memilah sampah di tingkat rumah tangga. DKP akan menyediakan fasilitas pemilahnya. Sampah organik dimasukkan tempat khusus, lalu akan diambil armada DKP.

Untuk sampah kering yang telah dipilah bisa dijual ke pengusaha rongsok. Program Desa Mandiri Sampah digenjot DKP seiring potensi overload TPA Sukosari, Jumantono. Dengan produksi sampah 150 ton per hari, TPA overload 10 tahun lagi.

“Langkah ini harus dimulai dari sekarang. Sentuhannya dengan gerakan sedekah sampah, tujuannya membentuk desa mandiri sampah. Pada akhirnya nanti, kami targetkan tidak ada lagi sampah yang dibuang ke TPS dan TPA. Semua selesai di desa,” urai dia.

Titis mengapresiasi pengelolaan sampah di Kalisoro, Selokaton, Buran, dan Jaten. Dia mencontohkan pengelolaan sampah di salah satu RT di Jaten oleh sejumlah warga. Dari mengolah sampah, warga mendapatkan penghasilan tambahan yang layak.

“Sampah anorganik dihimpun lalu dijual bersama. Setiap pekan, setiap keluarga harus setor sampah ke bank sampah. Yang tidak setor didenda. Proses ini sudah berjalan bagus sekali. Dengar-dengar mereka bisa piknik dua kali dalam setahun,” tambah dia.

Kepala Desa (Kades) Selokaton, Gondangrejo, Sutarman, menjelaskan pihaknya sudah mempunyai tempat pengolahan sampah yang dibuat oleh Pemdes setempat. Tempat tersebut digunakan untuk menampung dan mengolah sampah dari masyarakat.

“Warga kami minta iuran Rp3.000 per bulan untuk biaya operasional tenaga pengambil dan tiga armada sampah. Sampah yang diambil dari warga kami kumpulkan di tempat pengolahan, lalu diolah. Tujuannya supaya lingkungan desa bersih,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya