SOLOPOS.COM - ilustras petugas kebersihan mengangkut sampah. i(Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Sejumlah petugas kebersihan menilai pengadaan truk sampah oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo lebih pro rakyat ketimbang membangun tempat pembuangan sampah sementara (TPS) bawah tanah. Pasalnya, pengadaan truk sampah dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Seorang petugas kebersihan Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon, Tardi, 62, mengatakan satu truk sampah setidaknya dapat menampung lima sampai tujuh orang tenaga kebersihan. Selain itu, truk sampah bisa mengangkut volume sampah di TPS cukup besar yakni, sekitar 6 ton per rit ke Tempat Pembungan Akhir (TPA) Putri Cempo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Lebih baik Pemkot [Solo] menyediakan truk baru untuk mengangkut sampah. Saya yakin, apabila truk bisa tambah, masalah sampah di Solo tidak lagi terjadi. Sampah tidak kembali membeludak karena bisa langsung dimuat truk ke TPA Putri Cempo,” kata Tardi saat dijumpai Solopos.com di TPS Setabela, Banjarsari, Jumat (15/8/2014).

Sebaliknya, Tardi mengatakan TPS bawah tanah tidak pro rakyat lantaran mengancam nasib tenaga kebersihan khususnya para pengangkut sampah. Petugas pengangkut sampah mengaku khawatir pembangunan TPS bawah tanah berimbas pada pengurangan jumlah tenaga kebersihan.

“Informasi yang saya dengar, nantinya dengan TPS bawah tanah tidak ada lagi sampah yang diangkut ke TPA Putri Cempo. Semua sampah dibuang ke TPS bawah tanah. Lah kami sebagai pengangkut sampah merasa terancam karena sudah ada wanti-wanti bakal ada pengurangan tenaga kerja karena pembangunan [TPS bawah tanah],” ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Pemkot berencana membangun TPS bawah tanah pada 2015 di TPS Setabelan. Pemkot Solo juga menilai setiap kecamatan di Kota Solo membutuhkan setidaknya satu TPS bawah tanah. TPB bawah tanah berfungsi untuk menampung sampah yang belum bisa masuk ke TPA Putri Cempo karena antre dan sebagainya.

“Tujuan pembangunan TPS bawah tenah memang bagus. Truk langsung membuang sampah di bawah tanah dan setelah keluar sampah sudah diolah dalam bentuk briket. Namun, saya sendiri masih merasa was-was. Pemkot jelas menggunakan tenaga baru khusus untuk mengolah briket. Jumlah tenaga khusus itu tidak sebanyak tenaga kebersihan yang mungkin akan dikurangi,” imbuh Tardi.

Petugas kebersihan lain, Edi Purwanto, 37, mengatakan tenaga pengangkut sampah tidak bisa lagi mengais rezeki ekstra setelah pembangunan TPS bawah tanah. Mereka tidak bisa memilah sampah plastik dan barang lain untuk dijual.

“Kami tidak bisa lagi cari plastik. Jelas pendapatan tambahan kami berkurang. Apabila pada hari biasa, kami para petugas kebersihan yang juga memilah sampah bisa memperoleh tambahan Rp400.000 sampai Rp900.000 per bulan. Semoga pembangunan TPS bawah tanah tidak sampai merugikan masyarakat kecil seperti kami. Apabila dengan truk sampah, kami masih ada kesempatan untuk memilah,” kata Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya