SOLOPOS.COM - Cucu komponis nasional Kamsidi, Farah Azizzah, menunjukkan sejumlah koleksi Museum Musik Kamsidi di Jl. Haryo Panular 28 B Panularan, Laweyan, Jumat (10/6/2016). (Chrisna Chanis Cara/JIBI/Solopos)

Pengelolaan museum Solo, pemberian apresiasi tak melulu uang atau materi.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah kalangan mengusulkan pemerintah memberikan perhatian untuk mengenang kiprah dan karya Kamsidi tidak lewat bantuan materi. Mereka berpendapat sosok komponis nasional asal Solo tersebut bisa dikenang lewat apresiasi yang tinggi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Komposer Danis Sugiyanto, mengemukakan pemerintah daerah perlu memberikan penghormatan bagi sosok yang pernah diganjar penghargaan sebagai komponis nasional oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daud Yusuf pada 1978 silam.

“Penghargaan itu penting bagi sosok seperti Kamsidi. Bisa dirunut pengabdian dan karyanya. Apalagi karya beliau sudah dipakai secara nasional. Pemerintah daerah semestinya peduli,” terangnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (14/6/2016).

Akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini menyebutkan pemberian perhatian bagi komponis nasional yang berpulang pada 1975 tersebut tidak perlu diwujudkan dalam bentuk dana segar untuk pengembangan museum musik yang kini dikelola keluarga mendiang. Namun bisa juga diberikan lewat pengakuan dari pemerintah daerah.

“Penghargaan enggak cuma duit. Bisa juga diberikan piagam pengakuan atau perhatian dalam bentuk lain. Syukur-syukur kalau tahu ada kendala, pemerintah bisa membantu. Seperti nasib seniman pada masa lalu yang kesulitan, oleh pemerintah  lantas diberikan bantuan,” jelasnya.

Danis mengatakan selama ini di kalangan akademisi musik lokal belum banyak yang meneliti kiprah dan pencapaian komponis Kamsidi. “Belum banyak yang meneliti di sini. Narasumber kunci yang seangkatan dengan beliau juga pasti sudah meninggal dunia,” bebernya.

Secara terpisah, Koordinator Radio Orkes Surakarta (ROS) Radio Republik Indonesia Solo, Johanes Puji Samekto, membeberkan selama ini pihaknya mengenal Kamsidi yang juga pernah menjabat sebagai koordinator pertama ROS dari almarhum Abdullah Kamsidi, putra Kamsidi.

“Kami tahu kiprah dan karya Pak Kamsidi juga dari Pak Abdullah. Dulu beliau pernah ke RRI untuk menceritakan pencapaian bapaknya kepada kami. Saya sendiri terpaut jauh dengan Pak Kamsidi. Beliau angkatan pertama, saya angkatan kelima dan baru bergabung 1985 silam,” katanya.

Dia juga berpendapat komponis nasional Kamsidi layak diapresiasi. Menurutnya, selama ini pemerintah daerah jarang menghargai kiprah seniman lokal. “Seniman harus dihargai. Sayangnya di sini, pemerintah kurang memberikan perhatian pada hal-hal seperti ini. Seperti kasus Gesang, dia diapresiasi dulu di Jepang. Baru pemerintah Indonesia ikut-ikutan bergerak,” kritiknya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemkot Solo menyebut pemberian bantuan untuk pengembangan Museum Musik Kamsidi terganjal regulasi penerima dana hibah dari pemerintah harus berbadan hukum.  Museum Musik Kamsidi berdiri lima tahun lalu di rumah almarhum Abdullah Kamsidi di Panularan, Laweyan. Koleksi museum dikumpulkan keluarga sejak 1994.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya