SOLOPOS.COM - Ilustrasi kembali ke sekolah. (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN — Pengelola sekolah di Sragen berbeda sikap terkait penerapan new normal di sekolah mereka. Ada yang sepakat sistem sif, namun ada pula yang resah sebab sekolah belum mampu menerapkan protokol kesehatan dengan benar.

Kepala SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Rosit Mustofa, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen tidak memaksakan diri untuk pelaksanaan kenormalan baru atau new normal di lingkungan pendidikan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pertimbangannya, durasi belajar anak yang lama rentan terjadi persebaran virus corona. Di samping itu, ketersediaan tenaga medis di lingkungan pendidikan juga dipertanyakan.

Tega Banget! Ini Isi Teror ke Tenaga Kesehatan di Sragen yang Tangani Covid-19

Penjelasan itu disampaikan Rosit saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (30/5/2020). Rosit mengatakan konsep sif yang akan digulirkan pada kegiatan belajar mengajar itu baik karena pembelajaran daring tidak bisa mewakili pendidikan karakter.

Namun, Rosit meminta Pemkab tidak boleh memaksakan diri untuk pelaksanaan new normal di pendidikan. Pemkab harus melihat kemampuan pengelola sekolah di Sragen.

“Durasi belajar anak yang lama sangat rentan membuat persebaran virus kembali. Yang perlu disampaikan sekarang terus-menerus mengampanyekan pola hidup sehat dan berharap angka penularan Covid-19 semakin menurun,” ujar dia.

Ikatan Dokter Anak Minta Belajar dari Rumah Sampai Desember 2020, Ini Alasannya

Dia menjelaskan bila konsep sekolah sif itu diterapkan maka perangkat kesehatan di sekolah masih kurang. Oleh karenanya, dibutuhkan perangkat kesehatan dan tenaga medis dalam pelaksanaan new normal di sekolah.

Penyeragaman Penerapan New Normal

Dengan demikian, jika ada siswa yang sakit guru bisa langsung tahu harus dirujuk ke mana agar lekas tertangani. Selain itu, Rosit menyarankan harus ada sosialisasi dan penyeragaman dalam pemberlakukan kenormalan baru di sekolah.

Dia menilai seolah-olah sekolah diminta menyikapi secara mandiri pemberlakukan kenormalam baru ini. Dia memberi gambaran, bila sif diberlakukan pagi dan siang, maka intensitas aktivitas antar-jemput siswa menjadi naik.

Tambah 1, Warga Solo Terkonfirmasi Positif Virus Corona Jadi 34 Orang

“Selama pandemi, kami mengambil kebijakan pemotongan biaya sekolah sampai 30% sejak April-Juni 2020 ini untuk 1.088 siswa,” kata Rosit.

Pengelola sekolah di Sragen lainnya, Kepala SMPN 1 Tangen, Sragen, Tri Wahyuni, mengatakan sekolah mengikuti petunjuk teknis new normal dari dinas. Untuk sarana dan prasarana pendukung, ujar Tri, sudah disiapkan sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.

Tenaga Kesehatan di Sragen Diintimidasi, Ganjar Minta Polisi Tindak Pelaku

Tri mengaku setuju dengan sekolah sif tersebut karena peran guru tidak bisa tergantikan oleh siapa pun, termasuk teknologi informasi dalam pembelajaran.

“Ya, nanti sesuai dengan protokol kesehatan. Sebanyak 626 siswa itu saat masuk sekolah harus cuci tangan, jaga jarak, dan pakai masker. Begitu masuk langsung dites suhu tubuh dengan termometer. Kemudian di setiap kelas ada washtafle dengan sabun cuci dan tisu serta hand sanitizer di pasang dekat pintu masuk kelas,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya