WATES-Lantaran tidak dizinkan menumpang kereta, puluhan pedagang asongan bentrok dengan Polisi Khusus Kereta (Polsuska) di Stasiun Wates, Rabu (17/10/2012) malam. Tiga orang terluka dalam insiden itu.
Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%
Informasi yang dihimpun, tiga korban masing-masing Supervisor Operation (SO) Polsuska, Rusmiyarso dan pedagang asongan yakni Yadi dan Deki yang mengalami memar di kepala. Sementara itu tiga termos milik para pengasong yakni Didit, Wiwin dan Iwan turut hancur akibat kejadian itu.
Menurut Mulat,42, salah seorang tukang becak di stasiun, kejadian itu bermula ketika para pengasong yang berasal dari daerah Purworejo menumpang Kereta Pasundan dan turun di Wates, Rabu sore.
“Setelah itu mereka mau kembali lagi ke barat dengan kereta Bengawan jurusan Solo-Jakarta, sampai di Wates jam 18.40 WIB. Karena tidak boleh masuk terus terjadi bentrokan,” katanya.
Sujatmiko, salah seorang anggota Polsuska menceritakan, awalnya para petugas melakukan operasi untuk mengantisipasi para penumpang tidak bertiket, termasuk pedagang asongan, pengamen dan peminta-minta. “Kami bagi dua tim menumpang kereta Progo dan Bengawan, dari Lempuyangan sampai Wates karena banyak keluhan dari masyarakat,” kata dia.
Sesampai di Stasiun Wates, lanjut dia, pimpinan mereka sudah memerintahkan agar pintu di sisi kanan gerbong tidak dibuka karena sering dijadikan pintu masuk para pengasong dan pengamen. “Karena tidak diperbolehkan masuk, akhirnya terjadi keributan, lalu SO saya didorong sampai jatuh sama pengasong, terus dikeroyok pedagang,” jelasnya.
Setelah itu pihak stasiun menghubungi Polres Kulonprogo yang langsung menerjunkan petugas untuk mengamankan lima pengasong-pengamen serta tiga petugas Polsuska. Sementara SO Polsuska, Rusmiarso dilarikan ke RSUD Wates untuk mendapat perawatan karena mengalami cedera di pinggang kiri serta di kepala.
Ditemui di Mapolres Kulonprogo, Angga, salah seorang pengamen mengatakan keributan itu terjadi karena petugas berkata dan bertindak kasar pada pengasong dan pengamen. “Selain itu, ini juga persoalan makan. Orang kecil seperti kami kalau tidak naik kereta, mau dapat uang untuk hidup dari mana?,” katanya.