SOLOPOS.COM - KORBAN--Dani yang menjadi korban dugaan penganiayaan oleh gurunya dirawat di rumah sakit. (Espos/Farid Syafrodhi)

KORBAN--Dani Puspito Aji yang menjadi korban dugaan penganiayaan oleh gurunya dirawat di rumah sakit. (Espos/Farid Syafrodhi)

Dani Puspito Aji, 16, tertidur pulas di bangsal Ahmad Dahlan C1 PKU Delanggu, Klaten, Kamis (12/4/2012) siang. Lengan kirinya tertancap jarum infus. Badannya masih lemas. Sedangkan mata kirinya tertutup perban putih.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Siswa kelas X Jurusan Teknik Permesinan SMK Yayasan Pendidikan (YP) Delanggu itu didampingi ibunya, Sri Salami, 40, dan pamannya, Subardi, 42. Dani harus mendapatkan perawatan di rumah sakit lantaran menjadi korban pemukulan salah satu gurunya.

Kejadian bermula ketika Selasa (10/4/2012) lalu, Dani dan beberapa siswa lain mengikuti pelajaran komputer yang diampu oleh guru komputer, Bambang. Saat itu, sebagian siswa melaksanakan praktikum. Sedangkan siswa yang lain diminta untuk tetap di kelas.

Tak berapa lama, guru piket sekolah tersebut, Sugeng Joko Siswoyo, yang juga guru Kewirausahaan mendatangi kelas tersebut untuk mengabsen siswa satu per satu. Saat itu, Joko memergoki Dani dan beberapa siswa lain tidur di kelas. Joko kemudian menasihati para siswa untuk tidak tidur.

Menurut pengakuan Dani, Joko yang kala itu membawa buku absen semua kelas yang cukup tebal, lalu memukulkan buku absen itu ke muka Dani. Tak dinyana, buku tersebut mengenai mata kiri siswa yang tinggal di Dukuh Sipung, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari itu. “Saya sampai tidak bisa melihat, lalu diantar teman sekelas, Bayu Wasiat, ke Puskesmas Delanggu untuk berobat,” ujar Dani saat ditemui wartawan di PKU Delanggu, Kamis siang.

Karena di sana tidak ada dokter mata, Dani lalu dirujuk ke PKU Delanggu. Saat pertama masuk UGD, katanya matanya berdarah. Sebelum kejadian pemukulan itu, ia mengaku merasa pusing karena sakit.

Sementara itu, paman Dani, Subardi, menunggu itikad baik dari Joko dan pihak sekolah untuk meminta maaf atas pemukulan itu. Ia mengatakan bagaimana pun juga perbuatan tersebut tidak bisa dibenarkan. “Waktu kejadian itu kan masih jam aktif pelajaran. Kami menunggu action lanjutan dari sekolah,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya