SOLOPOS.COM - Gubernur Akpol Irjen Pol. Ryco Amelza Dahniel (paling kanan) berpose bersama Kalemdikpol Komjen Pol. Moechgiyarto (tengah) dan mantan Gubernur Akpol Irjen Pol. Anas Yusuf seusai upacara serah terima jabatan di Lapangan Bhayangkara Akpol, Semarang, Jateng, Senin (12/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Y.S.)

Penganiayaan yang menewaskan seorang taruna Akpol di Semarang, beberapa waktu lalu, menjadi perhatian serius Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol).

Semarangpos.com, SEMARANG – Kasus penganiayaan yang terjadi di kalangan taruna Akademi Kepolisian (Akpol) di Semarang, beberapa waktu lalu, menjadi perhatian serius Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Lemdikpol (Kalemdikpol), Komjen Pol. Moechgiyarto, mengatakan guna mencegah terjadinya kembali tindak kekerasan di kalangan calon perwira Polri itu pihaknya bakal melakukan sederet perombakan. Salah satunya dengan merombak struktur organisasi pengasuh taruna di Akpol.

“Revitalisasi akan kami lakukan, salah satunya pada struktur organiasasi pengasuh. Jabatan seperti Wadantar, Danki, hingga bintara peleton akan kami hidupkan kembali. Dengan cara itu, tentunya personel pengasuh akan kami tambah,” ujar Kalemdikpol kepada wartawan seusai melantik Gubernur Akpol yang baru Irjen Pol. Rycko Amelza Dahniel menggantikan Irjen Pol. Anas Yusuf di Lapangan Bhayangkara Akpol, Semarang, Senin (12/6/2017).

[Baca juga MUTASI POLRI : Gubernur Akpol Diganti]

Moechgiyarto tidak menampik terjadinya penganiayaan yang dilakukan kakak tingkat kepada junior di Akpol beberapa waktu lalu salah satunya disebabkan kurangnya pengawasan pengasuh.

“Saat ini ada 1.200 taruna di Akpol dan pengasuhnya hanya 60 orang. Jumlah ini sangat kurang. Standardisasinya 1.200 taruna itu ya pengasuhnya ada 300 personel,” tutur Kalemdikpol.

Selain akan melakukan revitalisasi dalam struktur organisasi pengasuh, Kalemdikpol juga akan melakukan sederet perbaikan lain di Akpol. Tak hanya fasilitas keamanan, dengan menambah closed circuit television (CCTV) di sejumlah titik, Kalemdikpol juga berjanji akan merombak kurikulum pendidikan di Akpol.

Budaya-budaya kekerasan yang selama ini masih diterapkan harus benar-benar dihilangkan. Bahkan, Moechgiyarto berjanji akan langsung memberikan sanksi apabila masih ada taruna yang melakukan kekerasan terhadap rekan maupun adik tingkat.

“Mulai sekarang budaya kekerasan  harus dihapus. Enggak ada toleransi lagi. Kalau adik kelas kurang disiplin ya dihukum dengan mengedepankan asas pembinaan, seperti disuruh lari, pull up, atau set up. Jangan terus main body contact,” kata jenderal bintang tiga itu.

Selain minta budaya kekerasan dihapus, Kalemdikpol juga menginstruksikan kepada para siswa taruna Akpol untuk menghapus korps-korps kedaerahan. “Saya minta korps kedaerahan dihapus. Tidak boleh lagi ada kelompok-kelompokan antardaerah. Kalau masih ada, akan kami kenai sanksi,” tegas mantan Kapolda Metro Jaya itu.

Seperti diberitakan Semarangpos.com sebelumnya, kekerasan di Akpol Semarang terjadi pada 18 Mei lalu. Saat itu, salah seorang taruna tingkat II Brigdatar M. Adam menjadi korban penganiayaan kakak tingkat hingga tewas. Pelaku penganiayaan yang diketahui berjumlah 14 orang merupakan taruna tingkat III dan saat ini telah ditetapkan sebagai tersangka.

[Baca juga PENGANIAYAAN SEMARANG : Polisi Pastikan Taruna Akpol Tewas Dipukul]
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya