SOLOPOS.COM - Ilustrasi penganiayaan (JIBI/Solopos/Dok)

Penganiayaan Karanganyar terjadi di Jungke. Seorang warga tewas akibat dipukul oleh tetangganya.

Solopos.com, KARANGANYAR—Warga Kampung Padangan, RT 001/RW 007, Kelurahan Jungke, Teguh Purwanto, 33, meregang nyawa karena dipukul tetangga depan rumahnya menggunakan palu, Kamis (18/6/2015) pukul 07.30 WIB.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pelaku tercatat sebagai warga Sarirejo, RT 012/RW 002, Desa Sarirejo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Imam Pramuji, 48, nekat memukul kepala Teguh saat tidur.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, lelaki yang bekerja sebagai satpam di salah satu bank di Karanganyar itu mengayunkan palu ke kepala korban sebanyak tiga kali.

Pengamen yang sering mangkal di Terminal Bejen itu sempat dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Karanganyar untuk mendapatkan perawatan.

“Saya dengar suara bug, bug, bug. Enggak tahu itu apa. Saya tahu setelah anak, Sariyanti [istri Teguh], berteriak minta tolong. Dia bilang suaminya [Teguh] godres-godres getih di kepala,” cerita mertua Teguh, Sireng Padmodiharjo, saat ditemui wartawan di rumahnya, Kamis.

Sireng juga menceritakan suaminya sempat melihat Imam keluar dari kamar Teguh. Suaminya melihat Imam membawa palu lalu pergi mengendarai sepeda onthel. Spontan, suami Sireng mengecek Teguh yang terbaring di tempat tidur dengan posisi miring.

“Katanya bagian kepalanya [Teguh] godres-godres getih. Saya enggak bisa melihat, jadi enggak paham apa yang terjadi dan bagaimana [kondisi] Teguh. Saya hanya dengar suara sesuatu yang dipukul itu,” kata dia.

Saat kejadian, Sireng berada di kamar lain. Kamarnya bersebelahan dengan kamar Teguh. Saat itu, Sireng sedang melipat celana dan sarung milik suaminya.

“Saya enggak habis pikir Pak Imam dendam. Kemungkinan gara-gara Haikal, 2, [anak bungsu Teguh], menjatuhkan kayu yang akan dipakai Pak Imam membuat gerobak. Itu Selasa [16/6],” tutur dia.

Seusai kejadian, Imam marah dan menggerutu sembari menata kayu yang telah dijatuhkan Haikal. Menurut Sireng, Teguh menjawab kemarahan Imam.

“Teguh meminta Pak Imam bersabar. Sampun sepuh kok enggak bisa bicara dengan baik-baik. Gitu kata Teguh. Saya enggak tahu kalau karena itu Pak Imam kesal,” tutur dia.

Saat kejadian, rumah Teguh maupun Imam sepi. Di rumah Teguh hanya ada Teguh dan dua orangtua lanjut usia. Isti Teguh, Sariyanti, 27, belanja ke pasar bersama anaknya. Demikian hal di rumah Imam.

Hanya ada Imam dan seorang anak perempuan. Saat kejadian, anak perempuan Imam berada di belakang sehingga tidak mengetahui perbuatan bapaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya