SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengangguran (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Pengangguran di Jateng didominasi lulusan SMA dan SMK atau yang sederajat.

Semarangpos.com, SEMARANG – Pengangguran di Jawa Tengah (Jateng) masih didominasi lulusan SMA sederajat. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jateng, Wika Bintang, saat Dialog Nasional Ketenagakerjaan Inklusif di Hotel Santika, Semarang, Selasa (27/3/2018).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Wika menyebutkan hingga 2017 lalu tercatat dari seluruh jumlah pengangguran di Jateng, sekitar 48% merupakan lulusan SMA sederajat. Sementara, 24% merupakan lulusan SD, 21 % lulusan SMA, sedangkan sisanya merupakan lulusan D3 dan S1.

“Mestinya mereka lulus SMA/SMK sudah siap kerja. Tapi, kenyataannya masih menganggur. Untuk menyikapi itu, kami membuka diri, yang SMK kami persilakan masuk lagi ke BLK [Balai Latihan Kerja] untuk dilatih keterampilan,” ujar Wika di sela acara yang digelar hasil kerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID).

USAID bersama Pemprov Jateng dan Rajawali Foundation dan Transformasi kini tengah menjalankan program yang dinamai Strengthening Coordination for Inclusive Workforce Development in Indonesia (Sinergi).

Pemimpin proyek Sinergi, Bambang Wicaksono, mengatakan wujud dari program tersebut di antaranya membekali kaum muda kurang mampu dan rentan yang disesuaikan dengan minat, bakat, serta kebutuhan pasar kerja. Pihaknya berupaya menjangkau 200.000 orang dari kelompok miskin dan rentan dan menghubungkannya dengan kelompok kerja.

USAID mendefinisikan kategori miskin sebagai kelompok dengan penghasilan kurang dari US$2 atau sekitar Rp28.000 per hari. Sementara rentan adalah kelompok yang berisiko tinggi berada di bawah batasan tersebut, termasuk kaum perempuan, orang muda dan penyandang disabilitas.

“Teknisnya akan membentuk kelompok yang kita sebut konsorsium. Nanti akan ada dana untuk membantu program yang disusun dalam proposal. Program ini macam-macam, misalkan pelatihan kewirausahaan dan tidak hanya dilatih hard skill tetapi juga soft skill. Ada 20 usulan terkait pengembangan keterampilan anak muda,” ujar Bambang.

Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten Boyolali menjadi proyek percontohan dari program tersebut. Bambang beralasan, dipilihnya kota/kabupaten itu salah satunya karena basis utama Jateng adalah industri garmen, yang keberadaan pabriknya ada di Kabupaten Semarang.

Sementara itu, Asisten Administrasi Sekda Provinsi Jateng, Budi Wibowo menyatakan, dunia usaha sejatinya membutuhkan banyak tenaga kerja. Namun, disisi lain sumber daya manusia (SDM) dianggap belum siap. Oleh karena itu, pelatihan dan pemberdayaan SDM penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya