SOLOPOS.COM - Pengamat Politik/Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi (kanan), saat menjadi pembicara dalam Webinar Virtual Outlook Ekonomi 2022 dengan tema Penguatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Berkelanjutan pada Rabu (8/12/2021) siang. (Youtube SoloposTV)

Solopos.com, SOLO — Presiden Joko Widodo yang akrab disingkat Jokowi diingatkan untuk mewaspadai adanya kutukan periode kedua atau dikenal dengan second term curse yang biasa terjadi dalam kepemimpinan atau presiden petahana di Amerika Serikat.

Peringatan itu dilontarkan Pengamat Politik/Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi, saat menjadi pembicara dalam Webinar Virtual Outlook Ekonomi 2022 dengan tema Penguatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Berkelanjutan, Rabu (8/12/2021) siang.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Acara ini digelar Solopos Media Group bersama perusahaan agregator logistik Shipper Indonesia, salah satu bank besar Tanah Air yaitu Bank Central Asia atau BCA. Serta perusahaan yang bergerak di sektor consumer goods dan komoditas pertanian PT Widodo Makmur Perkasa Tbk.

Baca Juga: PLN Solo: Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum Bakal Terus Ditambah

Dalam webinar yang ditayangkan secara live di kanal Youtube Solopos TV itu, Burhanudin mengatakan walau semua indikator kinerja pemerintahan terlihat cukup baik beberapa bulan terakhir, Jokowi tetap harus waspada. Berdasarkan pengalaman di Amerika, dari 11 presiden petahana hanya tiga orang yang mampu menunjukkan kinerja yang baik di bidang perekonomiannya.

“Kalau kita melihat pengalaman Amerika, ada yang disebut dengan second term curse, atau kutukan periode kedua. Di Amerika, hanya tiga dari 11 Presiden incumbent sejak tahun 1950-an yang performa ekonominya bagus. Sebagian besar presiden petahana di periode kedua performa ekonominya memburuk,” ujarnya.

Tidak Ada Insentif

Burhanudin menjelaskan fenomena itu menurut para ilmuwan politik dikarenakan tak adanya insentif yang diperoleh sang presiden petahana di periode keduanya. Sebaik atau sekurang apa pun kinerja mereka, tetap saja mereka tidak bisa mencalonkan kembali pada Pilpres berikutnya.

Baca Juga: Wajib Dikunjungi, Kota Solo Ternyata Punya 18 Museum Lho

“Jadi kinerjanya jauh lebih nglokro kalau kata orang Jawa. Nah sebagian besar presiden di periode pertama bagus karena ada insentif masih bisa maju lagi. Ini harus diwaspadai oleh Jokowi karena beliau tidak bisa maju lagi pada 2024. Harus ada insentif supaya Jokowi habis-habisan. Apa itu? Legacy yang baik,” katanya.

Burhanudin mengatakan legacy baik Jokowi bisa dilakukan dengan membuat kebijakan yang tidak populer, tapi baik untuk rakyat. Diibaratkan sebagai jamu yang terasa tidak enak saat diminum, tapi fungsinya menyehatkan tubuh. Langkah itu menurutnya harus dilakukan Jokowi sebelum tahun politik yaitu 2023.

Sebab bila sudah masuk 2023 semua elite dan tokoh parpol, termasuk yang berada di lingkaran kekuasaan, akan sibuk dengan agenda masing-masing. Pada sisi lain Burhanudin mengungkapkan hasil survei baru-baru ini. Dalam dua survei terakhir ternyata tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi meningkat tajam.

Baca Juga: Pernah Ada Kampung Belanda di Solo, Ini Lokasinya

Kondisi Ekonomi

“Dalam dua survei terakhir mengalami peningkatan 13 poin, bahkan ini adalah peningkatan paling tinggi dalam tujuh tahun terakhir,” katanya. Penyebab tingginya tingkat kepuasan publik menurut Burhanudin karena kebijakan dalam penanganan pandemi yang dinilai berhasil dan menggeliatnya ekonomi nasional.

“Yang ingin saya katakan, tingginya approval rating Presiden ini mengonfirmasi stabilitas di tingkat elite, misalnya elite stabil, tapi massa tidak puas itu sumber instabilitas politik. Nah yang sekarang kita saksikan, tingkat elite stabil, bawah juga approval-nya naik. Lalu apa masalahnya? Itu masalah ekonomi memang,” urainya.

Dalam beberapa waktu terakhir orang yang menilai kondisi ekonomi memburuk turun secara luar biasa. Fenomena itu dinilai yang menjadi sumber approval rating Jokowi naik, terutama dalam empat bulan terakhir, di mana ekonomi mulai bergerak. Dugaan itu dikonfirmasi data pertumbuhan ekonomi nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya