SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta — Investigasi kasus kecelakaan kereta api bersifat reaktif. Penyebab kecelakaan sering disimpulkan adalah human error dengan masinis sebagai kambing hitamnya, tanpa tindak lanjut yang sistematis.

Demikian ujar pengamat transportasi dari ITB, Harun al Rasyid Lubis, atas dugaan penyebab tabrakan KA Argo Anggrek dengan KA Senja Utama di Pemalang, Jawa Tengah. Kuat dugaan tabrakan terjadi karena masinis KA Argo Anggrek mengantuk.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Masinis menjadi sasaran empuk kambing hitam dengan sistem investigasi yang reaktif ini,” kata Harun melalui surat elektronik, Minggu (3/10).

Bila sudah disebutkan bahwa penyebab kecelakaan adalah human error, pasti selanjutnya akan dikait-kaitkan dengan isu kesejahteraan masinis. Padahal sepengetahuan Harun, sekarang ini tingkat kesejahteraan masinis sudah pada tingkatan layak sehingga bukan lagi penjelasan masuk akal terhadap faktor human error yang disebut sebagai penyebab kecelakaan.

Menurut anggota Tim Terpadu Revitalisasi Perkeretaapian itu, faktor human error dapat terjadi akibat sistem menajemen yang tidak sesuai. Bisa juga akibat pelaksaan terhadap pelaksaan prosedur tetap keselamatan dan keamanan perjalanan dari sistem yang sebenarnya sudah baik.

“Sistem manajemen keselamatan, tanggung jawab keamanan sarana dan prasarana berada di tangan PT KAI dan Ditjen KA. Dua pejabat itu harus pro-aktif mengisi agenda rencana keselamatan sesuai penugasan masing-masing serta melakukan audit secara berkala dan dibahas bersama-sama,” jelas Harun.

Masalah, sejauh ini Indonesia belum mempunyai platform yang kondusif untuk
evaluasi sistem keselamatan dan keamanan perjalanan kereta api. Maka tidak terlalu mengherankan bila ketika terjadi kecelakaan, selalu diikuti aksi saling tuding dan lempar kesalahan.

“Pihak KNKT pun tidak berdaya dan tidak efektif untuk memberikan. Sehingga kecelakaan KA dengan penyebab yang sama cenderung berulang,” sesal Harun.

Maka tidak dapat lagi investigasi kecelakaan dilakukan secara reaktif. Selain sudah usang, juga tidak mampu menawarkan solusi komprehensif untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang dinamis terhadap sistem perkeretaapian yang aman dan nyaman.

Hal ini diperparah lagi dengan masih diberlakukan regulasi perkeretaapian yang sebenarnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. “Di banyak negara, penyusunan regulasi kereta api melalui pendekatan knowledge management. Proses pembuatan mengikuti perkembangan teknologi dan standar seperti ISO 9001, ataupun sejenisnya yang melibatkan seluruh industri KA,” ucap Harun.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya