SOLOPOS.COM - Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi memenuhi Jl Gejayan, Sleman, DIY, 23/9/2019) siang. (Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Solopos.com, JAKARTA — Pengamat politik Adi Prayitno mengatakan bahwa logikanya gerakan mahasiswa tidak bisa hanya dilakukan dalam sehari atau dua hari saja. Menurutnya, mereka mesti kontinyu untuk menyampaikan aspirasinya agar dilirik oleh pemerintah.

“Dalam student movement, logika dalam student protest itu tidak bisa simultan, bahwa kita protes hari ini besok akan dipenuhi tuntutan oleh pemerintah dan DPR,” kata Adi saat ditemui di Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (28/9/2019), dilansir Suara.com.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

“Dalam logika gerakan massa ini harus dilakukan secara kontinu, hari ini ditolak besok datang lagi ditolak datang lagi. dan seterusnya sehingga semua proses tuntutan harus selesai,” sambungnya.

Selain itu, Adi menyarankan mahasiswa tidak hanya cukup melakukan demonstrasi saja. Namun juga harus bisa berdialog dengan perumus rancangan undang-undang, yakni para anggota DPR.

Menjadi poin penting dalam perubahan tersebut apabila mahasiswa bisa meyakinkan kepada anggota dewan bahwa pasal per pasal yang dibahas di ruang parlemen itu ada yang meresahkan masyarakat.

Adi juga mengatakan bahwa mahasiswa zaman sekarang harus bisa belajar kepada aktivis 1998 yang tidak patah arang berjuang 10 tahun untuk menghasilkan beberapa keputusan yang dilakukan pemerintah.

“Ke depan memang harus ada lobi-lobi khusus, tentu dengan draf proposal dengan UU yang dianggap meresahkan, jangan berhenti hanya tanggal 23-24, harus kontinyu, sampai tuntas bahwa UU KPK ini harus dibatalkan, dan RKUHP harus dibatalkan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya