SOLOPOS.COM - Santoso, 59, mantan jurnalis Jawa Pos menuliskan kisah kelam seorang wartawan. (JIBI/Solopos/Aries Susanto)

Pengakuan mantan wartawan senior ini tentang dunia kerjanya yang penuh lika liku.

Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Tak banyak barangkali seorang jurnalis yang sudi menuliskan kisah hitam putihnya selama menjalani profesinya itu. Namun, pria ini dengan jujur dan blak-blakan mengisahkan pengalaman pahit manisnya menjadi juru warta di media cukup ternama di Indonesia, Jawa Pos.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Adalah Santoso, lelaki yang kini usianya menginjak 59 tahun itu, sudi berbagi kisah hidup kepada khalayak. Warga yang kini tinggal di Kompleks Perumahan Kartoharjo Indah Kota Madiun ini bahkan meminta mantan bosnya, Dahlan Iskan memberikan sebuah kata pengantar atas kesaksian yan ia tulis di sebuah buku memoarnya itu.

“Saya kenal baik dengan Pak Dahlan sejak awal kali membangun Jawa Pos yang kala itu megap-megap. Terobosan Pak Dahlan benar-benar membuat Jawa Pos akhirnya bangkit dan besar hingga sekarang ini,”ujarnya saat berbincang dengan Madiun Pos di Kota Madiun, Rabu (16/6/2015) lalu.

Sebagai seorang wartawan pemula kala itu, Santoso benar-benar memiliki semangat membara. Ia yang saat itu ditugaskan di wilayah Madiun dan sekitarnya tak pernah ciut nyali mendatangi lokasi-lokasi liputan yang terpencil dan jauh sekalipun. Padahal, era 1980-an itu ia hanya memiliki “senjata” liputan berupa bolpoin dan block note.

“Saya tak punya motor, tak punya kamera. Ke mana-mana saya naik angkot dan jalan kaki,” kisahnya.

Banyak kejadian-kejadian ekslusif, menarik, dan layak muat kala itu yang disikat habis Santosa. Berita-berita hasil liputannya kala itu bahkan kerap nangkring di halaman satu “box”, istilah khusus untuk berita berita feature halaman satu Jawa Pos.

Suatu hari, ia menurunkan berita tentang seorang kakek yang dipotong kemaluannya oleh istrinya gara-gara ketahuan selingkuh. Mbah Karto Biran, demikian nama kakek sial asal lereng Lawu Magetan itu. Dahlan Iskan pun terkesima atas laporan santosa kala itu lantaran sebagai warga asli Magetan ia tahu betul medan liputan Magetan.

“Apa kendala Anda menulis berita ini?” tanya Dahlan.

“Saya tak punya sepeda motor. Kalau punya sepeda motor, berita itu bisa terbit dua hari lalu,” jawab Santoso.

“Coba besok cari harga motor bekas di Madiun,” pinta Dahlan.

Sejak itulah, Santosa mulai memiliki sepeda motor untuk liputan meski dengan cara potong gajinya. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya