SOLOPOS.COM - Para siswa SMA menyanyikan lagu kebangsaan dalam dialog pancasila di Auditorium RRI, Rabu (22/11/2017). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Semua kalangan terutama pendidikan perlu memiliki strategi baru dalam pengajaran pancasila

Harianjogja.com, JOGJA – Semua kalangan terutama pendidikan perlu memiliki strategi baru dalam pengajaran pancasila. Aktualisasi pancasila menggunakan metode lama dinilai tidak akan menyentuh kebutuhan para generasi muda saat ini atau dikenal dengan generasi milenial.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Isu itu dibahas dalam dialog pancasila di Auditorium RRI, Jalan Affandi, Demangan Kota Jogja, Rabu (22/11/2017). Diskusi itu dihadiri ratusan pelajar dan mahasiswa seluruh DIY.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyatakan, saat ini telah menghadapi generasi milenal yang setiap tindakannya berharap adanya nilai guna. Karena itu, aktualisasi pancasila dengan cara dan model lama kurang menyentuh kebutuhan generasi milenial.

Ekspedisi Mudik 2024

Sehingga perlu adanya rumusan baru secara utuh dan disosialisasikan agar pancasila bisa diterima secara sadar sebagai ideologi kehidupan di kalangan generasi milenial.

Ciri generasi milenial menurut Sultan, tidak hanya berhenti pada pemaknaan pancasila, tetapi harus bisa menjawab seperi apa nilai guna dan untuk tujuan apa pancasila tersebut.

Sultan mengatakan, jika ingin menumbuhkan pencasila sebagai ideologi dalam kehidupan serta menginternalisasikan nilainya, maka perlu membalik paradigma ide menjadi motor penggerak masyarakat serta landasan persatuan dan kesatuan banga guna merespons dinamika perubahan zaman.

“Jika sebuah ideologi bangsa telah memiliki sistematika tertentu dan bukan menjadi filosofi mati, maka seluruh aspek kehidupan masyarakat akan berperilaku sesuai dengan nilai substantif ideologi bangsa tersebut,” ungkapnya HB X, Rabu (22/11/2017).

Dalam kesempatan itu HB X menutup orasinya dengan puisi berjudul Pancasila.

Rektor UGM Panut Mulyono menyatakan, di UGM sendiri kepancasilaan sudah menjadi darah daging karena jati diri UGM sebagai universitas pancasila. Kondisi itu didukung dengan jati diri lain, seperti sebagai universitas nasional, perjuangan, kerakyatan dan universitas pusat kebudayaan.

Pusat Studi Pancasila UGM sendiri saat ini menjadi pembina pusat studi pancasila di berbagai perguruan tinggi. Selain itu, kongres dan kursus pancasila rutin diadakan setiap tahun.

“Dalam implementasinya, kami bercita-cita menciptakan lulusan yang berkarakter mulia. Kemudian dalam bekerjanya selalu didasari Pancasila. Itu sangat penting karena generasi muda adalah calon penerus bangsa, sehingga di tangan merekalah negeri ini akan langgeng dan sejahtera,” tegasnya

Ia menambahkan, sejak masuk UGM, mahasiswa baru selalu dikenalkan dengan nilai-nilai ke-UGM-an, kepancasilaan, persatuan dan kebangsaan. Selain itu, dalam proses perkuliahan, ada mata kuliah wajib umum yang di dalamnya termasuk Pancasila.

Pola pengajaran disesuaikan dengan kondisi generasi saat ini. Pada saat melakukan KKN, pihaknya selalu menekankan kepada mahasiswa agar belajar dari keragaman Indonesia.

Di sana masih banyak masyarakat yang butuh bantuan dan kesejahteraannya masih di bawah para mahasiswa tersebut. Keragaman itu pula digunakan sebagai materi dalam KKN untuk memahami Indonesia.

“Pelajaran itu kami bekalkan kepada mahasiswa, bahwa inilah Indonesia, inilah bangsa yang harus terus diperjuangkan. Kami sampaikan di sana banyak komunitas agama A, di sana ada suku B,” ujar dia.

Saat berinteraksi di kelas, Panut sering menemukan masukan bagus berkaitan dengan pancasila berasal dari mahasiswa. Suatu hari, kata dia, dalam mata kuliah yang ia ajarkan, meski berkaitan dengan teknik namun di dalamnya disisipi persatuan. Tetapi ada seorang mahasiswa yang memberikan saran karena di dalam ruang kelas tidak ada simbol burung Garuda Pancasila yang mempersatukan Indonesia.

“Itu berarti dia mengetahui tentang pancasila, ingat burung Garuda, ingat persatuan. Lalu itu menjadi kebijakan setiap ruang kelas diprogramkan untuk dipasangi simbol burung Garuda Pancasila. Jadi kami optimistis ketika dihidup-hidupkan lagi pancasila, para generasi muda akan berjalan pada jalur nilai bangsa Indonesia,” ungkap mantan Dekan Fakultas Teknik ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya