SOLOPOS.COM - Permukaan air Waduk Cengklik pada musim penghujan mulai naik, Senin (6/1/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pengairan Boyolali, Waduk Cengklik ditargetkan bisa menampung air hingga 15 juta meter kubik setelah dikeruk.

Solopos.com, BOYOLALI — Waduk Cengklik Boyolali ditargetkan mampu menampung air hingga 15 juta meter kubik setelah pengerukan sedimen tahun lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dengan daya tampung sebesar itu, waduk yang dibangun zaman penjajahan Belanda itu akan kembali mampu mengairi area pertanian hingga ke wilayah perbatasan Boyolali-Karanganyar. (Baca juga: BBWSBS Datangkan 20 Ekskavator untuk Keruk Waduk Cengklik)

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Tri Mandiri, Samidi, mengatakan volume Waduk Cengklik saat ini belum bisa diketahui batas maksimalnya. Ia baru bisa melihat volume maksimal Waduk Cengklik paling lambat akhir Februari nanti.

“Saat ini kan hujan cukup deras. Prediksi kami, maksimal akhir Februari nanti permukaan waduk baru penuh. Nah, volume waduk baru terlihat nanti,” ujarnya kepada Solopos.com, Senin (6/2/2017).

Menurut Samidi, volume air Waduk Cengklik pernah menembus 17,5 juta meter kubik pada 1976 silam ketika waduk baru saja direvitalisasi. Seiring perjalanan waktu, jumlah sedimen terus menumpuk dan mengurangi daya tampung Waduk Cengklik. “Saat ini, volume Waduk Cengklik maksimal hanya 10,5 juta meter kubik,” jelasnya.

Saat memasuki musim kemarau, kata dia, volume air Waduk Cengklik bahkan hanya menyisakan 500.000 meter kubik. Hal itulah yang membuat areal pertanian di wilayah ujung timur saat ini tak mendapatkan jatah air irigasi.

“Dulu, Waduk Cengklik bisa mengairi sampai Desa Giriroto yang berbatasan dengan Karanganyar. Sekarang, air habis terpakai untuk wilayah terdekat saja,” jelasnya.

Terkait kelanjutan proyek pengerukan Waduk Cengklik, Samidi belum bisa memastikannya. Ia berharap proyek itu tetap sesuai rencana awal, yakni dilanjutkan pada 2017. “Saya belum menghadap ke Jakarta lagi. Sesuai rencana awal, proyek pengerukan waduk tahun kemarin mestinya dilanjutkan 2017,” terangnya.

Ketua P3A Nogosari, Sadino, mengaku heran dengan sejumlah bangunan permanen yang didirikan di saluran irigasi karena ada yang sudah diuruskan sertifikat kepemilikan tanahnya. “Bahkan, ada yang siap membayar berapa pun harganya asal bisa disertifikatkan. Padahal, ini kan aset negara,” paparnya.

Selain didirikan bangunan permanen, Sadino mengatakan berkurangnya volume Waduk Cengklik juga diperparah dengan banyaknya pohon-pohon yang sengaja ditanam di atas tanah aset irigasi, salah satunya pohon jati. Pohon-pohon jati ditanam di tanggul oleh warga untuk kepentingan pribadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya