Semarangpos.com, SEMARANG — Keberlanjutan bisnis kereta api ringan atau light rail transit perlu menjadi perhatian pemerintah daerah jika ingin membangun moda transportasi berbasis rel tersebut. Akademisi Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan biaya operasional kereta api ringan (light rail transit/LRT) cukup besar.
“Tidak sekadar membangun, tapi harus memikirkan biaya operasional yang cukup besar. Apakah pemda mampu mengoperasikan dengan subsidi dari APBD,” kata Djoko kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Minggu (7/4/2019).
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Subsidi, lanjutnya, kadang perlu diberikan oleh pemerintah daerah agar tarif yang dikenakan kepada masyarakat bisa terjangkau dan masyarakat mau menggunakannya. Djoko menuturkan operator swasta tidak akan mau mengoperasikan moda transportasi berbasis rel tersebut jika setelah dibangun tidak ada subsidi pada awalnya.
Pemerintah daerah yang ingin membangun LRT, ujarnya Djoko, perlu belajar dari kereta api ringan atau LRT Sumatra Selatan di Palembang yang hingga saat ini tingkat keterisiannya baru mencapai 20%. “Untuk bangun transportasi umum berbasis bus saja yang jauh lebih murah [beberapa daerah] masih ogah-ogahan,” kata Djoko.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya