SOLOPOS.COM - Kapal nelayan China yang tertangkap di Natuna, Jumat (27/5/2016). (Istimewa/Koarmabar/Detik)

Penertiban nelayan asing terus diganjal China. Setelah mengganggu kapal TNI AL menangkap kapal pencuri ikan, China protes karena kapal mereka ditembaki.

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan kepada kementerian/lembaga terkait untuk memprioritaskan kedaulatan Republik Indonesia terlebih dahulu dalam menanggapi protes resmi Pemerintah China. Protes itu terkait insiden pengejaran kapal nelayan China oleh TNI AL di perairan Natuna.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi mengatakan Presiden menyampaikan hal tersebut kepada Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan dalam pertemuan di luar agenda resmi Presiden, Senin (20/6/2016) siang.

“Untuk menanggapi klaim itu, pertama, Presiden Jokowi berpesan untuk mengutamakan kedaulatan NKRI,” katanya seusai mengonfirmasi hal tersebut kepada Luhut lewat saluran telepon, di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (20/6/2016).

Kendati demikian, Kepala Negara juga menginginkan agar hubungan baik yang selama ini terjaga antara Indonesia dan China tetap terpelihara dengan baik setelah adanya protes resmi dari pemerintah Tirai Bambu tersebut. “Disampaikan kepada Pak Luhut, agar juga terus me-mantain hubungan baik dengan negara lain, tidak hanya dengan China, tapi seluruh negara lain,” ujarnya.

Johan mengatakan hal yang pertama akan dilakukan pemerintah adalah mengklarifikasi kepada seluruh pihak terkait kebenaran insiden tersebut. Hal itu dilakukan sebelum menyimpulkan kebenaran adanya penembakan yang diduga melukai seorang warga negara China di dalam kapal tersebut.

“Jadi jangan didefinisikan dulu ada penembakan, jangan disimpulkan karena ini kan baru klaim dari pihak sana. Ini mesti jelas dulu,” ujarnya.

Dikutip dari Reuters (19/6/2016), Kementerian Luar Negeri China memprotes secara resmi tindakan kapal TNI AL yang menembaki kapal nelayan China dan menyebut ada satu ABK di kapal tersebut yang tertembak. China mengklaim daerah tersebut sebagai traditional zone di wilayah perairan miliknya, Laut Cina Selatan.

TNI AL mengonfirmasi bahwa pihaknya melepaskan tembakan peringatan kepada kapal berbendera China yang diduga melakukan penangkapan ikan illegal di dekat Kepulauan Natuna. Namun juru bicara yang diwawancarai Reuters mengelak adanya korban yang luka.

Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan mengatakan posisi Indonesia saat melakukan tindakan sudah benar dan tidak melanggar aturan dalam mengamankan perairan NKRI. “Tidak ada alasan untuk Indonesia ada soal dengan Tiongkok, karena posisi Indonesia sudah jelas semua aturannya, dari ZEE juga sudah jelas semua.”

Namun, dia mengatakan pihaknya akan melakukan pembicaraan dengan para ahli hukum laut internasional untuk penyelesaian insiden ini. “Yang penting kita cari solusi baik-baik, kita ini kan tetangga dan punya hubungan baik dengan Tiongkok, tapi tanpa mengorbankan kedaulatan negara kita,” jelasnya.

Pada Maret lalu, insiden serupa juga terjadi di wilayah yang sama. Saat itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta Pemerintah China untuk menyerahkan kembali Kapal Kway Fey 10079 ke tangan aparat Indoensia. Pemerintah China santer dikabarkan mengklaim Laut Kepulauan Natuna sebagai kawasan zona penangkapan ikan tradisional (tradisional fishing zone/TFZ) negeri itu.

Meski demikian, pemerintah tidak mengenal konsep TFZ seperti yang diklaim China dan menyatakan bahwa kapal tersebut memasuki perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Karena itu, kapal tersebut harus diganjar dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Belakangan, kasus tersebut dinyatakan damai dan tidak diungkit lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya