SOLOPOS.COM - Ilustrasi terbentuknya planet (space.com)

Penemuan baru berupa planet baru dideteksi astronom.

Solopos.com, SOLO – Ilmuwan telah lama menduga bahwa planet-planet terbentuk oleh pertambahan materi di cakram raksasa di sekitar bintang. Dan saat ini, seorang peneliti inventif telah menemukan asal muasal sebuah dunia baru dilahirkan. Para ahli astronomi baru-baru ini menemukan tanda terbentuknya planet baru. Salah satu objek yang berhasil terindifikasi adalah protoplanet yang diberi nama LkCa 15 b. Protoplanet itu terketak sekitar 450 juta tahun cahaya dari Bumi.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Seperti dilansir dari space.com, Rabu (18/11/2015), seorang mahasiswa pascasarjana dari Stanford University, Kalifornia, Stephanie Sallum mengatakan temuan tersebut menantang lantaran mampu membentuk citra planet secara langsung. “Ini memberi kami sebuah sistem untuk ditindaklanjuti di masa depan. Menarik untuk diteliti secara mendalam agar benar-benar memahami rincian tentang bagaimana planet terbentuk,” jelasnya.

Protoplanet LkCa 15 b terdiri dari sebuah wadah berisi debu dan gas yang mengelilingi sebuah bintang induk muda. Bintang muda mirip matahari itu baru berusia dua juta tahun dan diberi nama LkCa 15. Sistem tata surya seperti biasa mengelilingi bintang yang baru lahir, menyediakan bahan baku terbentuknya planet. Studi sebelumnya telah melihat kesenjangan yang besar antar wadah tersebut, sehingga memungkinkan terbentuknya planet.

Mengutip theregister.co.uk, Kamis (19/11/2015), peneliti lain dari Stanford University, Kate Follete, mengatakan protopanet tersebut berhasil diidentifikasi menggunakan Large Binocular Telescope dan sistem optik Magellan Adaptive. Jarak antara protoplanet LkCa 15 b ini 15 kali lebih jauh daripada jarak bumi ke matahari. Protoplanet tersebut saat ini bergerak mengitari bintang induk untuk menyerap gas hidrogen di sekitarnya.

Gas hidrogen yang sampai pada permukaan LkCa 15 b ini akan menghasilkan suatu panjang gelombang cahaya yang dapat diteliti. Gelombang cahaya ini disebut hydrogen-aplha atau H-alpha. “Protolanet ini diprediksi menjadi planet gas seperti Jupiter. Kami menggunakan perangkat optik adaptif untuk memantau cahaya yang dihasilkan dari proses tersebut. Alat ini juga berfungsi memisahkan cahaya tersebut dari pengaruh bintang induk LkCa 15b. Perbedaan kecerahan antara bintang dan eksoplanet muda dapat dibandingkan seperti melihat cahaya kunang-kunang dan cahaya mercusuar,” papar Folette seperti ditulis The Register.

Folette mengakui sangat sulit mengisolasi cahaya antara protoplanet karena jaraknya yang berdekatan dengan bintang dari sudut pandang bumi.”Tapi, karena kita bisa fokus pada warna cahaya khusus di mana planet bersinar sangat cerah, sinyal tersebut secara signifikan lebih kuat dari apa yang biasanya kita cari,” kata dia.

Seorang astrofisikawan dari Princenton University, Zhaohuan Zhu, mengatakan penemuan tersebut dapat memberi batasan ketat pada teori pembentukan planet. Zhu yang tak terkait dengan penelitian di Stanford University itu menulis artikel di News & Views di Jurnal Nature. “Misalnya, teori-teori tersebut sekarang harus menjelaskan bagaimana sebuah planet raksasa dapat membentuk 15-16 AU dari bintang dalam dua juta tahun dan masih akan berkembang setelah waktu tersebut,” tulisnya.

Teknik baru yang ditunjukkan oleh Sallum, Follete, dan timnya dapat memunculkan penemuan mengenai terbentuknya eksoplanet baru lainnya. Hal itu memungkinkan para astronom mempelajari lebih banyak tentang distribusi dunia muda. Tercatat bahwa ilmuwan sebenarnya telah menemukan sekitar 1.900 planet yang memiliki orbit pada bintang yang jauh. Namun mayoritas temuan tersebut adalah planet yang sedang berkembang.

Planet-planet yang sudah dewasa tersebut akan mudah dideteksi ketika mereka melintasi orbit di dekat bintang induk dan memantulkan cahayanya. Sementara, planet-planet yang masih muda sangat sulit untuk bisa dideteksi karena ukurannya yang begitu kecil.

“Pemahaman populasi planet muda tersebut akan menjelaskan masalah puluhan tahun mengenai teori pembentukan planet. Selain itu temuan juga mengungkapkan betapa muda sistem planet berkembang menjadi lebih tua seperti tata surya kita, miliaran tahun setelah mereka lahir,” tulis Zhu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya