SOLOPOS.COM - Ilustrasi sniper atau penembak jitu (wemeantwell.com)

Penembakan Dallas ini menyasar polisi setelah terjadinya protes besar-besaran menentang pembuhan warga kulit hitam oleh polisi.

Solopos.com, DALLAS — Polisi Dallas, Amerika Serikat, masih berupaya menyergap seorang tersangka penembakan yang menewaskan lima polisi dan melukai enam lainnya, dalam sebuah aksi protes di kota itu, Jumat (8/7/2016). Penembakan terjadi saat massa memprotes pembunuhan dua pria kulit hitam oleh polisi pekan lalu.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Polisi menahan tiga orang setelah kejadian penembakan pada Kamis malam itu. Namun, mereka belum mengetahui satu tersangka lainnya yang diduga berada di dalam garasi tempat terjadinya baku tembak. Kerusuhan itu berlangsung hingga Jumat pagi.

Terduga pelaku penembakan yang hingga kini belum ditemukan itu menyatakan pada polisi bahwa “akhir telah datang” dan akan ada banyak lagi polisi yang terbunuh/terluka. Brown menyebut tersangka juga mengatakan ada banyak bom yang tersebar di tempat itu.

“Tersangka yang sedang kami ajak bernegosiasi selama 45 terakhir ini telah terlibat baku tembak dengan kami, dan dia belum kooperatif,” kata Brown.

Selain itu, polisi juga menangkap dua penumpang Mercedes yang melesat di tengah kota. Pria di mobil itu melempar sebuah tas dari bagian belakangnya. Sedangkan teman perempuannya juga ditahan dekat garasi tempat baku tembak terjadi.

Sejauh ini belum diketahui motif penyergapan saat aksi protes di tengah kota Dallas tersebut. Pada saat yang sama, aksi protes berlangsung di berbagai kota di AS. Polisi New York juga menahan belasan orang pada Kamis malam saat massa menutup jalan utama menuju Chicago.

Kepala Kepolisian Dallas, David Brown, mengatakan para penembak yang sebagian berada di ketinggian, menggunakan senapan tipe sniper untuk menembak petugas. “Mereka beraksi bersama dengan senapan, menempatkan diri di posisi yang tinggi di titik-titik berbeda di tengah kota saat massa hendak bubar,” katanya dalam konferensi pers yang dikutip Reuters.

Awalnya, polisi mengatakan ada 4 petugas yang terbunuh. Namun belakangan, laporan terakhir menyebutkan bahwa satu dari tujuh korban luka juga meninggal dunia, sehingga total korban jiwa menjadi 5 orang.

“Ini menjadi malam mematikan. Kami melaporkan korban kelima yang meninggal,” kata pernyataan resmi kepolisian Dallas via Twitter.

Sebelum penembakan itu, gelombang protes muncul di seluruh AS sebagai aksi damai menentang pembunuhan Philando Castile, 32, oleh polisi di dekat St. Paul, Minnesota, Rabu (6/7/2016) tengah malam. Pacarnya mengunggah video yang menggambarkan beberapa menit setelah penembakan oleh polisi itu dan menjadi viral di seluruh AS.

Jantung kota Dallas dikenal sebagai salah satu kawasan yang sering diwarnai kriminalitas. “Ketakutan terburuk kami telah terjadi. Ini adalah momen yang paling mengguncang Dallas,” kata Wali Kota Dallas, Mike Rawlings.

Rawling juga sempat mengunjungi korban luka di Rumah Sakit Parkland, tempat yang sama saat President John F. Kennedy dibawa setelah ditembak di kota itu pada November 1963.

Kekerasan oleh polisi terhadap warga kulit hitam yang terjadi di beberapa kota seperti Ferguson, Missouri, hingga Baltimore dan New York, memantik aksi protes besar-besaran dan berujung kerusuhan dalam dua tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya