SOLOPOS.COM - ilustrasi

Harianjogja.com, SLEMAN – Peneliti Eliminate Dengue Project (EDP) Bekti Andari mengakui, adanya sebagian warga yang menolak terkait proyek Aedes Aegypti dengan Wolbachia.

Namun, jumlahnya hanya sekitar 5% dari jumlah warga yang menerima. Di Sleman, proyek yang dilaksanakan sejak pertengahan 2010 tersebut dilaksanakan di Dusun Kronggahan 1 dan Kronggahan 2, Desa Trihanggo, Karang Tengah dan Ponowaren, Desa Nogotirto. “Yang menolak hanya 5% dari jumlah penduduk di sana,” ujarnya, Rabu (22/1/2014)

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Meski begitu, EDP menghargai pandangan sebagian kecil warga yang menyatakan ketidaksetujuannya untuk terlibat dalam penelitian tersebut. “Memang ada sejumlah masukan dan pertanyaan dari masyarakat terkait penelitian ini. Kami secara proaktif menanggapi segala masukan dari masyarakat,” ujarnya.

Sejak awal penelitian, lembaganya kata Bekti, selalu melibatkan masyarakat. Pelibatan dilakukan secara intensif selama lebih dari dua tahun terakhir. Kalau pun ada warga yang tidak mau terlibat dalam proses penelitian, pihaknya juga tidak melibatkan.

“Sebagian besar masyarakat justru mendukung [penelitian itu]. Kami mendapat dukungan dan izin dari pemerintah baik tingkat kabupaten maupun pusat, termasuk dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X,” kata Bekti.

Menurutnya, berdasarkan penelitian laboratorium menunjukan ada penurunan potensi DBD bila menerapkan metode tersebut. “Yang penting, teknologi yang diujicobakan di sejumlah negara ini, aman bagi manusia, hewan dan lingkungan. Kami yakin tidak akan ada gangguan atau ketidaknyamanan dari pelepasan nyamuk tersebut,” jelas Bekti.
Untuk menjembatani sejumlah warga yang menolak, pihaknya akan kembali merangkul warga. Rencananya, EDP akan mengundang kembali masyarakat mereka untuk berdialog, pada Minggu (26/1/2014) di Balaidesa Nogotirto.

Menurut EDP, bakteri Wolbachia mampu mengendalikan replikasi virus dengue dalam tubuh vektor Aedes aegypti. Adapun Wolbachia merupakan bakteri alami yang mampu menghambat virus dengue di tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga virus dengue tidak bisa ditularkan ke manusia.

Wolbachia terdapat secara alami pada 70% tubuh serangga di bumi, termasuk berbagai jenis serangga yang biasa menggigit manusia. Bakteri itu hanya hidup dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur. Beberapa serangga ber-Wolbachia seperti kutu beras, kupu-kupu, laba-laba dan lalat buah.

Untuk memproduksi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia, EDP melakukan metode kawin silang. Di mana telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia  dengan nyamuk Aedes aegypti lokal. Dengan metode tersebut, didapatkan keturunan 100% nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Jogja.

Satu nyamuk Aedes Aegypti tanpa Wolbachia bisa menghasilkan sebanyak 20.000 copy virus demam berdarah dengue (DBD), sedangkan dengan Wolbachia hanya menghasilkan 500 copy virus dengue. Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menghambat penularan virus DBD ke manusia dengan cara menggigit orang yang tertular dengue.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya