Penelitian dosen diharapkan tidak hanya mengejar poin atau akreditasi kampus
Harianjogja.com, JOGJA– Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendorong para dosen untuk membuat riset atau penelitian yang bukan hanya digunakan untuk mendapat poin pribadi dan akreditasi kampus, melainkan penelitian yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Koordinator Kopertis V DIY, Bambang Supriyadi mengatakan bahwa selama ini Kopertis selalu mendorong Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk bisa membuat penelitian yang bisa disinergikan dengan kebijakan milik Pemerintah Daerah, baik di tingkat kabupaten, kota, bahkan provinsi. Sehingga proposal yang disusun untuk diajukan mendapatkan hibah, tidak sekedar untuk memperbaiki bahan kuliah.
Setidaknya, dosen didorong untuk mampu menyusun proposal program hibah penelitian dan pengabdian masyarakat, yang bisa menemukan celah atau peluang yang ada, dari kebijakan yang dimiliki Pemerintah Daerah.
“Dari sana, keduanya saling bersinergi, jadi penelitian dosen bukan hanya sebagai karya ilmiah, namun bisa diterapkan atau diaplikasikan dalam kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat,” terang Bambang, Minggu (21/2/2016).
Bambang menyampaikan, minat dosen-dosen di PTS untuk menyusun proposal penelitian dan pengabdian masyarakat untuk mendapatkan hibah dari Dikti, sudah semakin meningkat. Dari 106 PTS aktif, ia sudah menandatangani proposal sebagai pengajuan dana hibah lebih dari 40 PT.
“Sebelumnya, PTS besar seperti Universitas Islam Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang populer mengajukan proposal penelitian dan pengabdian masyarakat. Tapi saat ini, sebagian besar universitas sudah rajin mengajukan proposal, pengabdian, misalnya Universitas Janabadra, bahkan Universitas Widya Mataram,” ungkapnya.
Sedangkan Rektor Universitas Janabadra Jogja, Suharjanto menuturkan sebagai salah satu PTS di Jogja, pada 2016 Janabadra memberikan alokasi lebih banyak untuk mendanai penelitian dosen sebesar Rp1 miliar sampai Rp2 miliar.
“Penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen, diharapkan bisa memberikan manfaat berkelanjutan bagi pengembangan pengetahuan akademis dan kehidupan masyarakat,” ungkapnya.