SOLOPOS.COM - Serangan virus corona di otak. (Biorxiv.org)

Solopos.com, JAKARTA — Sebuah penelitian yang dilakukan Stevens Rehen, ahli saraf Federal University of Rio de Janeiro, Brasil menyimpulkan virus corona jenis baru tidak menyebar secara efisien di otak. Meskipun virus corona masih bisa menyebabkan infeksi dan memicu respons kekebalan berlebihan yang akan merusak jaringan otak.

Hasil penelitian yang di-posting dalam server pracetak Bio Rxiv. Meskipun para ahli di Brasil itu mengungkap lebih dalam virus corona jenis baru namun hasil penelitian mereka belum ditinjau rekan sejawat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hasil penelitian itu dipicu seorang bayi berusia satu tahun yang meninggal karena Covid-19, Bayi itu memiliki konsentrasi virus hanya di sebagian kecil otak. Hal ini menunjukkan virus kemungkinan memiliki kemampuan teratas untuk berkembang biak di bagian tersebut.

Wow! Gelombang Ledakan Cygnus Supernova 36 Kali Besar Bulan

Ekspedisi Mudik 2024

Dilansir dari SCMP, Kamis (17/9) penelitian yang di-posting dalam server pracetak Bio Rxiv dan belum ditinjau rekan sejawat itu menyimpulkan bahwa virus corona jenis baru tidak dapat menyebar secara efisien ke otak.

Sebagaimana dilaporkan sejumlah penelitian, anak-anak lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi virus atau mengembangkan gejala parah dibandingkan dengan orang dewasa. Kendati demikian masih belum diketahui dengan pasti juga bagaimana dampak yang akan ditimbulkan.

Namun, segera setelah jenis pertama virus corona jenis baru diidedntifikasi, dokter China menemukan bahwa virus itu dapat membuat beberapa anak sakit parah. Kasus anak kali pertama dikonfirmasi pada 20 Januari di Wuhan. Selanjutnya, berkembang lebih banyak lagi di wilayah lainnya.

Dianggap Kontroversial, Film Dokumenter Sulli Diturunkan MBC

Meskipun gejala pada anak-anak umumnya ringan, di China sekitar 10% dari bayi di bawah 12 bulan yang terinfeksi Covid-19 mengalami sakit parah atau bahkan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Dalam kasus anak berusia satu tahun ini, tim Rehen menemukan keberadaan virus terkuat di daerah pleksus koroid, sel di tengah otak yang menghasilkan cairan bening untuk melindungi jaringannya.

Ganggu Indera Penciuman

Selain itu, virus tidak terdeteksi di tempat lain. Meski demikian, Covid-19 diketahui terkait dengan sejumlah gejala neurologis. Ini dialami oleh sekitar 30% hingga 60% pasien yang terinfeksi.

Gejalanya semisal kehilangan indera penciuman atau perasa, sensasi terbakar atau tertusuk, dan keadaan tidak sadar. Untuk memverifikasi pengamatan mereka, tim Rehen menantang sekelompok sel induk saraf yang tumbuh secara artifisial atau neurosfer dengan virus.

Aktor Mahal Korea Lee Jong-suk Ternyata Juga Bisnis Restoran

Mereka menemukan bahwa jenis virus dapat menginfeksi sel otak, tetapi tidak dapat bereplikasi setelah masuk. “Data kami menunjukkan bahwa otak manusia kemungkinan merupakan situs buntu untuk SARS-CoV-2,” kata para peneliti.

Rehen dan tim menyebut, sementara infeksi tampaknya terbatas pada sel-sel tempat cairan dihasilkan, itu juga dapat merusak penghalang yang mengatur pertukaran materi di otak. Mereka mengatakan itu berarti sel-sel kekebalan atau protein pemberi sinyal seperti sitokin kemudian dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan saraf di otak muda

Namun, para peneliti mengaku masih ada sedikit bukti langsung tentang efek virus corona pada otak. Para peneliti di Yale School of Medicine di Connecticut menemukan sebelumnya bahwa virus dapat menyerang dan berkembang biak di sel-sel otak, sementara penelitian lain menunjukkan hasil negatif.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya