SOLOPOS.COM - Lurik dan batik menjadi cenderamata khas Klaten, Selasa (15/9/2020). (Solopos.com-Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo terjun ke tengah perajin lurik dan batik guna mengenalkan motif teranyar sebagai cendera mata khas Klaten.

Upaya mendiversifikasi cendera mata khas Klaten itu diharapkan dapat mendongkrak roda perekonomian perajin lurik dan batik di Kabupaten Bersinar, terlebih di tengah pandemi Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pantauan Solopos.com, LPPM UNS berkunjung ke sentra lurik alat tenun bukan mesin (ATBM) di Tlingsing, Kecamatan Cawas, Klaten, Selasa (15/9/2020).

10 Berita Terpopuler : Warga PSHT Sukoharjo Diserang Kelompok Bercadar

Di lokasi tersebut, rombongan LPPM UNS memusatkan kegiatannya di rumah perajin Lurik Klasik Tlingsing milik Nurul Khatimah, 51.

Kunjungan LPPM UNS ke Klaten merupakan wujud nyata guna mengabdi kepada masyarakat. Di Tlingsing, perwakilan LPPM UNS menjelaskan juga terkait inovasi seni kreasi lurik-batik untuk mendiversifikasi cendera mata khas Klaten.

"Lurik dan batik telah menjadi kearifan lokal. Jika perajin bisa menggambungkan lurik dan batik menjadi satu, tentu akan ada keunggulannya. Orang beli satu bisa dapat dua. Di sini, kami lebih mengenalkan motif baru. Ini perlu ditekankan karena kompetensi membuat motif relatif belum berimbang di tingkat perajin," kata perwakilan LPPM UNS, Rara Sugiarti, saat ditemui Solopos.com, di Tlingsing, Cawas, Selasa.

Kekeringan Mengintai Klaten, 13 Desa di 5 Kecamatan Alami Krisis Air Bersih

Di kesempatan itu, LPPM UNS mengenalkan motif lurik Run Stop ke perajin. Motif ini berupa baris tebal memanjang di dasar kain.

Selanjutnya, baris tebal itu ditumpuki baris yang tidak terlalu tebal. Kain lurik itu terus ditumpuki hingga pola barisnya menghilang.

"Semakin ke atas, barisnya akan menghilang. Ini sudah kami tawarkan ke perajin. Jika diwujudkan, ini akan menjadi motif terbaru. Soalnya belum pernah ada di waktu sebelumnya," katanya.

Dapat Diterima di Pasaran

Sementara, Nurul Khatimah mengaku tertarik dengan tawaran membuat motif Run Stop tersebut. Selain menambah khasanah motif lurik, diharapkan motif tersebut dapat diterima di pasaran di waktu mendatang.

"Saya baru mendengar motif Run Stop hari ini. Memang, belum pernah ada di waktu sebelumnya. Saya ingin mencoba membuatnya. Kelihatannya menarik. Jika dilihat dari harga, mungkin akan di atas rata-rata. Soalnya motifnya terbaru. Di samping itu, akan membutuhkan benang yang lebih banyak dibandingkan motif biasa," kata Nurul Khatimah.

Sebagai informasi, harga lurik berkualitas di pasaran saat ini senilai Rp200.000-Rp300.000 per meter.

Ponpes di Jateng Bakal Terima Miliaran Rupiah demi Cegah Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya