Yogyakarta—–-Pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang gempa bumi masih rendah, padahal Indonesia merupakan daerah yang rawan terlanda bencana alam tersebut.

PromosiJalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Lebih dari 60 persen wilayah Indonesia yang meliputi 250 kabupaten/kota berpotensi mengalami gempa bumi,” kata peneliti kegempaan dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof Ir Sarwidi MSCE PhD, Jumat (22/5).

Ia mengatakan, sebagian besar wilayah kepulauan Indonesia berpotensi terjadi gempa bumi karena terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia.

Kondisi itu, menurut dia, secara tidak langsung menuntut masyarakat Indonesia untuk mengetahui lebih dalam mengenai masalah kegempaan sebagai upaya menghadapi ancaman bencana gempa bumi.

Pengetahuan kegempaan dapat diperoleh dari pengalaman kejadian gempa bumi baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa negara yang pernah atau sering mengalami gempa tidak sedikit yang mampu memunculkan ide brilian dalam menghadapi bencana tersebut.

“Berdasarkan hal itu, diperlukan strategi pembelajaran untuk memberikan pengetahuan kegempaan kepada masyarakat sehingga dapat lebih siap dalam menghadapi bencana yang akan datang,” kata Sarwidi yang juga Wakil Rektor I UII itu.

Sementara itu, Ketua Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil UII Dr Ir Dradjat Suhardjo mengatakan, pengetahuan masyarakat tentang gempa dan kesiapsiagaan untuk merespons ancaman bencana masih kurang, sehingga perlu ditingkatkan antara lain melalui sosialisasi.

“Sosialisasi harus terus dilakukan karena masyarakat mudah lupa dengan kejadian gempa bumi. Melalui sosialisasi secara intensif diharapkan masyarakat memiliki kesiapsiagaan yang memadai dalam menghadapi ancaman gempa,” katanya.

Sehubungan dengan hal itu, Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil UII akan menyelenggarakan seminar internasional refleksi tiga tahun gempa Yogyakarta untuk antisipasi bencana di masa datang.

“Bencana gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter yang melanda DIY dan Jateng tiga tahun lalu mengakibatkan lebih dari 6.000 korban jiwa, 80.000 korban luka, dan berbagai kerusakan fisik dan nonfisik,” katanya.

ant/fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi