Solopos.com, JAKARTA -- Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) mengklaim bahwa ada korelasi kuat antara vitamin D dan tingkat kematian akibat virus corona penyebab Covid-19. Lalu, mengapa jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia di beberapa negara tropis cukup tinggi?
Dilansir dari New York Post, hal itu disimpulkan dari hasil sebuah penelitian dari tim yang dipimpin Universitas Northwestern. Mereka menganalisis data dari rumah sakit dan klinik di seluruh China, Prancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
PPDB SMA-SMK Negeri di Jateng Pakai Acuan Nilai Rapor
Pasien dari negara-negara dengan tingkat kematian pasien virus corona yang tinggi, seperti Italia, Spanyol dan Inggris, memiliki tingkat vitamin D yang lebih rendah. Mereka dibandingkan dengan pasien di negara-negara yang tidak terpengaruh begitu parah.
Para peneliti juga menemukan korelasi kuat antara kadar vitamin D dan badai sitokin yang merupakan kondisi hiperinflamasi pada pasien Covid-19. Kondisi tersebut disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
Menhub Buka Transportasi Umum, Awas Gelombang Kedua Covid-19 Indonesia!
"Badai sitokin dapat sangat merusak paru-paru. Menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan kematian pada pasien," kata Ali Daneshkhah dari McCormick School of Engineering Northwestern.
“Inilah [ kekurangan vitamin D ] yang tampaknya membunuh sebagian besar pasien Covid-19, bukan penghancuran paru-paru oleh virus itu sendiri. Ini adalah komplikasi yang salah sasaran dari sistem kekebalan tubuh,” tambahnya.
Jokowi Minta Masyarakat Berdamai dengan Covid-19, Ini Klarifikasi Istana
Suplemen Vitamin D
Namun, para ilmuwan juga memperingatkan agar tidak menimbun suplemen vitamin D saat pandemi.
"Meskipun saya pikir penting bagi orang untuk mengetahui bahwa kekurangan vitamin D mungkin berperan dalam kematian [ Covid-19 ], kita tidak perlu memborong vitamin D," kata Vadim Backman dari Universitas Northwestern.
Perbudakan ABK Indonesia di Kapal China: Dipaksa Minum Air Laut, Berdiri 30 Jam
“Temuan ini perlu studi lebih lanjut, dan saya berharap pekerjaan kami akan merangsang minat di bidang ini. Data juga dapat menerangi mekanisme kematian, yang jika terbukti, dapat mengarah pada target terapi baru," tambahnya.
Para ilmuwan mengatakan mereka perlu melakukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana vitamin D dapat digunakan untuk melindungi tubuh dari komplikasi Covid-19.