SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, DALIAN – Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Science Advances dilakukan oleh tim peneliti China di Institut Fisika Kimia Dalian, Akademi Ilmu Pengetahuan China di Dalian, Provinsi Liaoning, China.

Dilansir Nextshark, Jumat (29/12/2018), menurut tim peneliti, temuan mereka akan secara signifikan membantu mengurangi penggunaan logam langka dan mahal di pabrik. Profesor DICP, Sun Jian dan rekan-rekannya dilaporkan dapat meniru beberapa sifat seperti emas dengan menembakkan jet gas argon yang panas dan bermuatan listrik ke sasaran tembaga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Proses ini dilaporkan memungkinkan partikel terionisasi yang bergerak cepat untuk melepaskan atom tembaga dari target. Ketika atom-atom mendingin dan mengembun di permukaan alat pengumpul, lapisan tipis pasir dihasilkan.

Setiap butir pasir yang dihasilkan sangat kecil sehingga memiliki diameter hanya beberapa nanometer yang setara dengan seperseribu ukuran bakteri. Bahan pasir yang dihasilkan kemudian ditempatkan di ruang reaksi dan menggunakannya sebagai katalis untuk mengubah batubara menjadi alkohol.

Proses kimia semacam itu dianggap sangat canggih dan sulit sehingga hanya logam mulia yang dapat menangani tugas seperti itu secara efisien. Nanopartikel tembaga mencapai kinerja katalitik yang sangat mirip dengan emas atau perak.

Hasilnya pun membuktikan bahwa setelah diproses, tembaga logam dapat berubah. Sementara bahan baru tidak dimaksudkan untuk membuat uang emas karena kepadatannya tetap sama dengan tembaga biasa. Itu dapat digunakan sebagai alternatif untuk emas dalam produksi perangkat elektronik.

Para peneliti mengatakan bahwa proses tersebut dapat memberikan dorongan signifikan bagi industri China yang menggunakan logam mulia seperti emas di banyak industri modern.

Perangkat elektronik seperti ponsel dan komputer mengandung logam seperti emas, perak, dan platinum. Diperkirakan satu gram bijih emas dapat ditemukan di dalam sekitar 40 smartphone. Tembaga biasa, yang memiliki lebih sedikit elektron di sekitar nukleusnya, tidak dapat digunakan dalam aplikasi industri maupun emas.

Tembaga juga bereaksi lebih mudah ketika bergabung dengan bahan kimia lain karena elektronnya juga relatif lebih tidak stabil daripada yang ada di emas. Tim peneliti juga mengklaim bahwa metodenya telah membuat elektron tembaga lebih padat dan stabil.

Itu juga memungkinkan mereka untuk menyuntikkan sejumlah besar energi ke dalam atom tembaga. Para peneliti lebih lanjut mengklaim bahwa bahan yang dihasilkan dapat menahan suhu tinggi, oksidasi, dan erosi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya