SOLOPOS.COM - Salah satu gang sempit di Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Solo. Foto diambil Senin (27/6/2022). (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit di Kota Solo hanya terdiri atas tiga rukun warga (RW) dan 10 rukun tetangga (RT).

Hal itu disebut menjadi salah satu penyebab kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk paling sedikit. Berdasarkan Buku Surakarta Dalam Angka dari Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, pada 2020 sebanyak 2.124 jiwa.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Angka itu turun dibandingkan 2019 yang mencapai 2.130 jiwa. Sementara itu, meski menjadi wilayah kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit, Kelurahan Laweyan sejatinya bukan merupakan kelurahan dengan luas terkecil se-Kota Solo.

Berdasarkan Data Monografi Kelurahan dalam Surakarta Dalam Angka 2002, luas Kelurahan Laweyan 0,248 meter persegi (m2). Dengan luas tersebut, Kelurahan Laweyan menduduki peringkat keempat kelurahan paling kecil di Solo.

Kelurahan Kepatihan Kulon dengan luas wilayah 0,175 m2 tercatat sebagai kelurahan terkecil di Solo. Disusul Kelurahan Kepatihan Wetan 0,225 m2 dan Kelurahan Sudiroprajan 0,230 m2.

Baca Juga: Penduduknya Paling Sedikit, Ini 5 Fakta Unik Kelurahan Laweyan Solo

Setelah Laweyan ada Kelurahan Ketelan di posisi kelima dengan luas 0,250 m2. Lurah Laweyan, Agus Wahyu Purnomo, mengatakan wilayahnya hanya memiliki 3 RW dan 10 RT saja.

“Jadi kami [Kelurahan Laweyan] hanya punya 10 RT dan 3 RW. Makanya bisa jadi itu menjadi salah satu sebab jumlah penduduknya paling sedikit,” tutur Agus kepada Solopos.com, Senin (27/6/2022).

Rumah Untuk Usaha Batik

Selain itu, Kelurahan Laweyan pada wilayah tertentu dipenuhi rumah-rumah luas yang merupakan pusat usaha batik di Kota Solo. Sehingga dimungkinkan banyak toko, rumah, ruang usaha produksi yang memakan lahan cukup banyak.

Baca Juga: Ini Kelurahan Dengan Jumlah Penduduk Paling Sedikit Di Solo, Wilayahmu?

“Di sini ada wilayah yang memang sebagian besar ada rumah-rumah berpagar tinggi, tempat usaha. Bisa jadi itu jadi faktor lahan di sini sebagian [besar] dipakai untuk itu. Tapi memang masih kemungkinan,” tuturnya.

Seperti diketahui, Kelurahan Laweyan dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan karena sejak ratusan lalu menjadi pusat industri batik di Kota Solo. Wilayah ini diketahui sebagai tempat berkumpulnya para saudagar batik.

Bahkan sampai sekarang pun masih banyak pengusaha batik yang bermukim di situ dan menjadi salah satu kampung wisata heritage di Kota Solo. Banyak bangunan kuno yang menjadi daya tarik bagi wisata.

Baca Juga: Tak Ada SMA Negeri di Laweyan Solo, Calon Siswa Lari Ke Sukoharjo

Bahkan ada satu rumah kuno yang diyakini sebagai rumah tertua di Solo, bahkan Jawa Tengah. Rumah itu sudah ada sejak sebelum Keraton Mataram pindah ke Desa Sala tahun 1745.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya