SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, KULONPROGO—Pendiri Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tanah Kosong Merpati Putih, Poerwoto Hadi Poernomo, tutup usia di usia 70 tahun akibat kanker stadium IV, Jumat (23/5/2014) di Guangzhou, Tiongkok.

Ia meninggalkan seorang istri bernama Sri Haryati, tiga anak, serta empat cucu. Ratusan pesilat dan anggota Merpati Putih wilayah DIY dan Jawa Tengah menghadiri upacara pemakaman yang diadakan sepekan kemudian, Kamis (29/5/2014) di permakaman umum Dusun Ngulakan, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Poerwoto lahir 1 Desember 1944, anak pertama dari 13 bersaudara, putra guru utama silat Merpati Putih, Saring Hadi Poernomo. Ia mendirikan perguruan Merpati Putih bersama dengan saudara lelakinya, Budi Santoso, pada 1963.

Saat ini PPS Betako Merpati Putih sudah berkembang di berbagai wilayah dengan 93 cabang dan 11 kepengurusan di Indonesia. Tidak hanya itu, Merpati Putih telah melebarkan sayap di luar negeri dengan mendirikan delapan cabang di Australia, Belanda, Filipina, Amerika Serikat, Jepang, Kaledonia, Perancis, dan Malaysia.

Poerwoto memegang peranan penting dalam pengembangan silat betako serta memberikan pelatihan khusus pada pasukan TNI dan mencetak atlet berprestasi seperti pejudo Raymond Rohili, atlet Panahan Lince Manurung serta petinju Elyas Pical.

Putra bungsu almarhum, Amos Priono Tri Nugroho, menuturkan, proses membawa jenazah kembali ke Indonesia memakan waktu lama karena melibatkan dua negara, sehingga jenazah Mas Poeng, sapaan akrab Poerwoto, baru tiba di Indonesia, Rabu (28/5) dan langsung dibawa ke Kulonprogo.

Kepergian sang ayah mengejutkan keluarga karena selama hidup sosok Mas Poeng dikenal sebagai orang yang sehat. “Hanya saja saat ketika beberapa waktu lalu diperiksa dokter di Jakarta ternyata bapak menderita kanker stadium IV,” jelasnya.

Sebelum dirujuk ke Guangzhou Modern Hospital Tiongkok atas bantuan beberapa anggota keluarga Cendana, yakni Mamik Soeharto dan Wismoyo Arismunandar, kata dia, sang ayah sempat dirawat di beberapa rumah sakit di Jakarta, antara lain RS Thamrin dan RS Dharmais.

Menjelang detik-detik kepergian Mas Poeng, Amos mengaku mendapat firasat cericit burung di atas rumah serta satu buah giginya tanggal secara tiba-tiba. Saat dibawa ke rumah sakit di Tiongkok itu, ayahnya juga semoat mengatakan tidak akan lama di Tiongkok karena akan segera kembali.

Ketua Umum PP Merpati Putih Taufan Rotoraskito mengungkapkan kepergian Mas Poeng menjadi pukulan berat bagi Merpati Putih. “Selama ini dia banyak berjasa mengembangkan Merpati Putih dan sosoknya tegar sehingga tidak pernah mengeluhkan sakitnya,” kenang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya