SOLOPOS.COM - Para siswa kelas III SDN 1 Siyonoharjo, Eromoko, Wonogiri, mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) sambil kipas-kipas karena kegerahan, Rabu (19/10/2016). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Pendidikan Wonogiri, plafon di ruang kelas SD tersebut dibongkar karena sudah lapuk sehingga dikhawatirkan ambrol dan membahayakan siswa.

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak 74 siswa kelas I-IV SDN 1 Siyonoharjo di Lingkungan Jamban, Ngadirejo, Eromoko, Wonogiri, terpaksa belajar dalam ketidaknyamanan. Mereka kegerahan selama berada di dalam kelas karena atap ruang itu tak berplafon.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Atap ruang-ruang kelas itu dari asbes. Plafon masing-masing ruang kelas itu dibongkar karena ada plafon di ruang kelas III yang runtuh diduga akibat kayunya lapuk dimakan rayap, pekan lalu.

Guru dan Wali Kelas III, Wahyudi, saat ditemui Solopos.com di sekolahan itu, Rabu (19/10/2016), menyampaikan plafon ruang kelas I, II, dan IV dibongkar agar peristiwa yang terjadi di ruang kelas III tidak terjadi lagi.

Ekspedisi Mudik 2024

Guru waswas jika plafon tetap dibiarkan terpasang karena kayu plafon di tiga ruang kelas itu juga sudah lapuk dimakan rayap, terutama di bagian tepi. Plafon bisa runtuh sewaktu-waktu seperti yang terjadi di ruang kelas III, Kamis (13/10/2016) pukul 13.00 WIB lalu.

“Saat plafon ruang kelas III runtuh, untungnya siswa sudah pulang. Jadi semua selamat. Sehari setelah kejadian, siswa kelas III pindah ke perpustakaan. Setelah plafon dibongkar siswa baru bisa kembali ke kelas,” kata guru yang akrab disapa Yudi itu.

Setelah kejadian itu diputuskan plafon di ruang kelas I, II, dan IV yang masih satu bangunan dengan ruang kelas III dibongkar. Namun, di sisi lain hal itu membuat ruang kelas sangat panas. Atap ruang kelas dari asbes sangat mudah menyerap panas jika terpapar sinar matahari.

Jarak lantai dengan atap juga kurang dari 4 meter. Ruang kelas mulai panas sejak pukul 09.00 WIB. Sedangkan jam pelajaran kelas I-III berakhir pukul 12.00 WIB dan kelas IV berakhir pukul 12.30 WIB.

Siswa di masing-masing kelas berjumlah 29 anak, 12 anak, 13 anak, dan 20 anak itu setiap hari mengeluh karena kegerahan. Saat pelajaran para siswa sibuk mengipasi diri menggunakan buku atau kipas yang mereka buat dari kertas.

Mereka menjadi susah berkonsentrasi terhadap pelajaran. Kondisi yang sama dirasakan guru kelas.

“Kasihan anak-anak. Mereka kepanasan. Setiap hari mereka penginnya segera pulang. Saya sendiri enggak bisa fokus memberi pelajaran karena sangat gerah. Setiap mengajar tubuh dipenuhi keringat,” imbuh dia.

Kepala SDN 1 Siyonoharjo, M. Tamsir, mengaku sangat prihatin dengan kondisi ruang kelas I-IV. Dia berencana memasang kipas angin listrik di kelas tak berplafon sebagai solusi jangka pendek.

Dia sudah melaporkan kondisi itu kepada Dinas Pendidikan agar segera ditangani. “Ruang kelas I-IV dibangun sejak 1998. Bangunannya memang kurang tinggi. Plafon di ruang kelas kalau dilihat dari luar masih bagus. Tapi saat dicek kayunya lapuk dimakan rangas [rayap],” terang Tamsir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya