SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi). (JIBI/Solopos/Antara/Harviyan Perdana Putra)

Kurikulum perguruan tinggi dinilai Presiden Jokowi monoton.

Solopos.com, JEMBER — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia masih monoton dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Hal itu disampaikan Jokowi dalam kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Jember, Minggu (13/8/2017).

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Jokowi meminta perguruan tinggi membuat inovasi dan harus berani berubah. “Universitas Muhammadiyah Jember juga harus berani mengubah. Kalau Universitas Muhammadiyah Jember memulai, universitas yang lain akan tertinggal nanti,” kata Presiden Jokowi dalam kuliah umum di perguruan tinggi itu, Minggu.

Presiden berharap Universitas Muhammadiyah Jember bisa menjadi pelopor inovasi perguruan tinggi di Indonesia. Universitas Muhammadiyah Jember memiliki delapan fakultas. “Ekonomi, hukum, dan sospol pasti ada,” ucap Presiden seperti dilansir Antara, Minggu.

Menurut Jokowi, seharusnya fakultas saat ini disesuaikan dengan perkembangan. Dia mencontohkan fakultas manajemen toko online, fakultas animasi, fakultas electronic sport, dan juga fakultas video. Presiden menyebutkan perubahan dunia yang begitu cepat harus diwaspadai.

Bukan tak mungkin budaya-budaya asing dapat masuk dan menginfiltrasi budaya Indonesia. Oleh sebab itu, Presiden Jokowi berpesan kepada para mahasiswa untuk dapat mengantisipasi hal tersebut.

“Saya titip terutama kepada Muhammadiyah, baik di cabang Jember maupun secara umum di seluruh Indonesia. Perubahan-perubahan ini perlu diantisipasi. Jangan sampai nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman kita tergerus gara-gara kita tidak siap mengantisipasi,” ujar Presiden.

Menurut dia, perubahan global menyentuh hampir semua lini kehidupan mulai dari Internet, proses pembayaran, transportasi, hingga pengelolaan ruang angkasa. Apabila tidak disadari dengan cepat, Indonesia akan tertinggal dari negara lain. “Perubahan cepat sekali. Kita harus menyadari itu, kalau tidak disadari kita bisa ditinggal terutama menyadarkan sumber daya manusia yang kita miliki,” ungkap dia.

Dalam hal transportasi, misalnya, Presiden menjelaskan negara lain telah memiliki alat transportasi yang lebih maju dan modern. Sedangkan Indonesia saat ini baru memulai pembangunannya. “Kita baru proses membangun MRT, LRT. Baru memulai kereta cepat itu saja ramai,” tutur Presiden.

Perubahan lain yang juga harus diantisipasi adalah pola interaksi sosial di masyarakat. Perkembangan teknologi yang sangat cepat turut menjadi penyebab perubahan tersebut pada masa mendatang.

“Pada 5-10 tahun yang akan datang, [orang] tidak akan baca koran. Yang namanya generasi Y, yang mahasiswa-mahasiswa sekarang ini, pada 5-10 tahun yang akan datang pegangnya hanya ini [gawai]. Mau cari berita tidak baca koran, tinggal klik dan baca online. Tidak mau lihat TV lagi nantinya,” ucap Presiden.

Presiden juga berpesan kepada para mahasiswa untuk terus menjunjung tinggi sikap saling menghormati dan saling menghargai antarumat beragama di Indonesia. Tujuannya menjaga persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dianugerahi Tuhan keanekaragaman agama, suku, budaya, dan bahasa.

“Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita, bangsa Indonesia. Ini sudah menjadi hukum Allah, sudah menjadi takdir kita bahwa kita ini memang hidup di dalam alam keragaman yang amat banyak,” kata Presiden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya