SOLOPOS.COM - Salah seorang wisudawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengadarkan kotak sumbangan untuk korban asap di Tanah Air pada syukuran wisuda ke-140 FEB Undip di Hotel Patrajasa Semarang, Selasa (27/10/2015).(JIBI/Solopos/Insetyonoto)

Pendidikan tinggi di Indonesia masih kekurangan belasan ribu profesor.

Solopos.com, JAKARTA — Indonesia hingga kini baru memiliki 5.300 profesor, jumlah tersebut masih sangat kurang dari jumlah minimal yang dibutuhkan.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Saat ini terdapat 22.000 program studi (prodi) di perguruan tinggi Tanah Air. Jika idealnya satu prodi ada satu profesor, maka Indonesia membutuhkan 22.000 profesor.

Di sisi lain, masyarakat masih sering salah kaprah dalam memaknai profesor dengan menganggap predikat tersebut sebagai gelar. Padahal, profesor adalah sebuah jabatan. Terkait hal tersebut, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar Seminar Nasional Keprofesoran dengan menghadirkan pakar dan profesor hebat di Indonesia.

“Jadi mengadakan seri seminar dan diskusi untuk memberi jawaban dan format baru tentang makna, filosofi, dan definisi profesor. Membahas kapan seseorang boleh memakai profesor, seberapa lama bisa dipakai, apa sampai meninggal atau bagaimana,” tutur Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti, Jumat (30/10/2015).

Ali menegaskan, profesor merupakan jabatan fungsional tertinggi dari profesi dosen. Dia mengungkapkan, banyak hal yang harus dibahas pada sistem keprofesoran, seperti masalah insentif, apakah harus dikaitkan dengan anggaran atau secara terpisah.

“Jika mengaitkan profesor dengan anggaran, maka kalau anggaran tidak disediakan, maka mengangkat profesor juga sulit. Ini yang menyebabkan sistem keuangan terkadang tidak klop,” ucapnya.

Sementara Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (ASN), Sofian Effendi mengatakan bahwa anggaran penelitian di Indonesia masih kecil, yakni hanya 0,009% dari produk domestik bruto (PDB). “Idealnya ya kira-kira 1,5% dari PDB. Sedangkan Malaysia saja sudah 1%, Singapura 2%,” terangnya.

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menambahkan, saat ini terdapat 22.000 program studi (prodi). Jika idealnya satu prodi ada satu profesor, berarti Indonesia membutuhkan 22.000 profesor. “Sedangkan sekarang baru ada 5.300 profesor, berarti sekira 17.000 prodi dipimpin bukan profesor,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya