SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pendidikan Sukoharjo, budaya literasi digalakkan dengan mendorong pendirian pojok buku.

Solopos.com, SUKOHARJO — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sukoharjo tahun ini mulai menggalakkan budaya literasi kepada anak didik. Salah satu upayanya dengan mendorong kepada pengelola sekolah untuk membuat pojok buku di tiap-tiap kelas.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Penyediaan buku di pojok buku oleh masing-masing anak didik ataupun pihak ketiga yang peduli terhadap percepatan budaya literasi.c Pernyataan itu disampaikan Kepala Dikbud Sukoharjo, Darno ditemui wartawan di kantornya, Selasa (17/10/2017).

Dia mengharapkan setiap pojok buku terdapat minimal 20 judul buku dan selama setahun ke-20 judul buku itu sudah dibaca semua oleh anak didik di satu kelas. Budaya membaca itu akan dimulai dari tingkatan sekolah dasar.

“Awal program literasi akan diterapkan di tingkatan sekolah dasar [SD]. Masing-masing anak didik diminta membawa buku milik pribadi dan disimpan di pojok buku kelasnya,” jelasnya.

Dia membayangkan 20 judul buku itu selesai dibaca oleh anak didik dalam satu kelas. “Target setahun 20 judul buku telah dibaca anak didik sehingga setiap tahun anak didik sudah membaca 120 judul buku. Kebangkitan budaya membaca ini diharapkan menaikkan derajat pendidikan anak Indonesia di mata dunia,” ungkap dia.

Selain pojok buku, penguatan karakter juga akan dilakukan melalui program doa bersama di pagi hari sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan.

“Sebelum doa juga akan dibudayakan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dan lagu daerah Indonesia. Dengan waktu 15 menit hingga 20 menit setiap hari menyanyikan lagu-lagu nasional dan daerah diharapkan anak didik terpatri rasa memiliki NKRI walau risikonya pulang sekolah juga mundur,” jelasnya.

Lebih lanjut Darno berharap pembudayaan literasi akan diperoleh anak cerdas berbasis referensi.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sukoharjo, Santoso, menyatakan peningkatan minat baca masyarakat dan literasi informasi terus dilakukan. Diakuinya media sosial saat pengaruhnya luar biasa kepada kehidupan masyarakat.

“Indonesia menjadi sasaran berita hoaks karena budaya baca masyarakatnya rendah. Untuk itu, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sukoharjo mengkampanyekan stop berita hoaks dengan ujung tombak pelajar. Selain itu kemajuan teknologi juga memengaruhi tingkat intensitas komunikasi anak dengan orang tua berkurang. Hasil penelitian menyebutkan anak lebih senang bermain game melalui handphone dibanding bercerita dengan orang tua,” katanya.

Walau, ujarnya, kunjungan masyarakat ke perpustakaan Sukoharjo meningkat dari 150 orang setiap hari menjadi 200 orang setiap hari tetapi budaya literasi perlu ditingkatkan.

“Penelitian The World’s Most Literate Nations tentang tingkat literasi dunia 2016, Indonesia menempati posisi 60 dari 61 negara yang disurvei. Indonesia berada satu tingkat diatas Botswana, negara kecil di benua Afrika yang berpenduduk 2,1 juta jiwa. Ini sangat memprihatinkan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya