SOLOPOS.COM - Ilustrasi Guru Mengajar (Dok/JIBI/Solopos)

Kabupaten Sragen kekurangan guru ASN SD SMP.

Solopos.com, SRAGEN—Kabupaten Sragen kekurangan 1.533 guru aparatur sipil negara (ASN) jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) pada Januari 2018 ini. Demi menutup kekurangan ini Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sragen mengajukan 400 formasi calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk diisi dalam perekrutan 2018. Sebanyak 400 formasi ini terdiri 350 guru SD, dan 50 guru SMP.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Disdik Sragen, Suwardi, merinci kekurangan 1.533 guru terdiri 1.235 guru SD dan 298 guru SMP. Alhasil, masing-masing sekolah menutupnya kebutuhan guru ASN ini dengan guru tidak tetap (GTT). (baca: PENDIDIKAN SRAGEN : Peraturan Pemerintah Ini Hapus Tunjangan Fungsional Guru)

“Tahun ini kami ajukan 350 formasi guru SD dan 50 formasi guru SMP. Itu baru pengajuan kami loh. Lah nanti dapatnya berapa formasi kami belum tahu,” tuturnya, saat diwawancara wartawan, Selasa (16/1/2018).

Menurutnya, para GTT itu mendapat honor dari sekolah yang besarannya sesuai dengan kemampuan sekolah. Mirisnya, gaji yang mereka peroleh masih jauh dari nilai kata layak. Padahal banyak dari mereka yang sudah mengabdi dalam waktu yang lama.

Di sisi lain, dampak dari kekurangan guru ASN di Sragen, sangat terasa. Selain itu, ia menilai kualitas pendidikan para guru tersebut masih kurang. Dia berharap anggaran yang ada tahun ini digunakan untuk meningkatkan kapasitas mereka.

“Pendidikan kualitas masih kurang, sehingga kami berharap peningkatan SDM dari APBD untuk meningkatkan teman-teman yang saat ini belum berstatus pegawai negeri,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Sragen (Formas), Andang Basuki, menilai persoalan kekurangan tenaga guru ASN hanya lah satu dari sekian persoalan di dunia pendidikan Sragen.

“Yang juga perlu mendapat perhatian adalah memenuhi amanat undang-undang [UU] ihwal alokasi 20%  APBD untuk bidang pendidikan. Dibutuhkan good will dari eksekutif dan legislatif untuk memenuhi anggaran pendidikan itu,” paparnya.

Menurutnya, harus ada komitmen bersama membenahi dunia pendidikan baik dari eksekutif maupun legislatif. Terlebih angka siswa putus sekolah di Sragen utamanya di wilayah utara Sungai Bengawan Solo masih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya