SOLOPOS.COM - Kondisi atap salah satu ruang kelas SDN 4 Dawung, Sambirejo, yang sudah rusak parah, Rabu (5/10). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Infrastruktur pendidikan di Sragen, khususnya SDN 4 Dawung, Sambirejo, kurang memadai.

Solopos.com, SRAGEN — Tiga ruang kelas SDN 4 Dawung, Sambirejo, Sragen, terancam roboh. Dua dari tiga ruang kelas itu sudah dikosongkan selama dua tahun terakhir guna menghindari jatuhnya korban.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com di lokasi, Rabu (5/10/2016), tiga ruang kelas itu rusak parah pada bagian plafon dan kuda-kuda penyangga atap. Sebagian plafon sudah jebol karena kayu kuda-kudanya patah. Pada beberapa bagian atap harus disokong bambu supaya ruang kelas itu tidak roboh.

Tidak hanya pada bagian atap, kerusakan parah juga terlihat pada lantai. Permukaan lantai yang masih berupa ubin tegel sudah tidak rata alias bergelombang. Sudah banyak ubin yang pecah di sana-sini. Kerusakan juga terlihat pada belandar, usuk, dan reng pada teras tiga ruang kelas itu. Belandar harus disokong dengan beberapa tiang bambu lantaran sudah keropos.

Ekspedisi Mudik 2024

”Satu dari tiga ruang kelas masih bisa dipakai untuk Kelas V meski ada perasaan waswas. Paling tidak, satu ruang kelas itu masih lebih baik daripada dua ruang kelas yang lain,” terang Sri Wahyuni, 56, guru SDN 4 Dawung saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Siswa Kelas I dan II sempat berlajar di serambi masjid di seberang jalan. Pembelajaran di serambi masjid itu ternyata tidak efektif. Materi pelajaran yang disampaikan tidak fokus. Sebagian siswa juga asyik mondar-mandir menyeberangi jalan sehingga membuat guru khawatir akan keselamatan mereka.

”Jalan depan sekolah itu cukup ramai kendaraan bermotor. Karena pembelajaran di serambi masjid kurang efektif, kami akhirnya menggunakan ruang perpustakaan yang disekat menjadi tiga bagian. Ruang Kelas I dan II dipisahkan beberapa rak buku perpustakaan,” jelas guru lainnya, Tugiyem, 52.

SDN 4 Dawung merupakan salah satu sekolah inpres yang dibangun pada 1976. Sekolah ini sudah beberapa kali diperbaiki secara parsial. Setelah bagian dinding, bagian genting tiga ruang kelas itu sebetulnya sudah diganti.

Namun, kerusakan lain muncul pada bagian kontruksi kayu yang meliputi kuda-kuda, belandar, usuk, hingga reng. ”Kami sudah sering mengajukan proposal. Setiap tahun, proposal itu selalu diperbarui. Namun, sampai sekarang belum ada kepastian kapan sekolah ini akan diperbaiki,” ujar Tugiyem.

Tugiyem menjelaskan terdapat 61 siswa di SDN 4 Dawung. Siswa terbanyak ada di Kelas VI yakni 17 orang. Sementara siswa paling sedikit Kelas V yakni lima orang.

”Dari dulu siswa sekolah ini ya sekitar itu. Semua siswa berasal dari tiga dusun yakni Nangsri, Jabugan, dan sebagian Tempel. Jarak dengan SD terdekat antara 500 meter-750 meter. Namun, orang tua siswa dan guru tidak mau SD ini digabung dengan SD terdekat,” terang Tugiyem.

Ditemui di kantornya, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen Kusmanto mengakui SDN 4 Dawung sudah rusak berat. Dia menjelaskan perbaikan ruang kelas SDN 4 Dawung sudah masuk prioritas pada 2017.

Namun, dia mengakui rencana perbaikan ruang kelas SDN 4 Dawung bisa dibatalkan apabila sekolah itu jadi digabung dengan sekolah terdekat. ”Ini masih menjadi bahan kajian kami. Biasanya penggabungan sekolah itu akan ditolak oleh orang tua siswa,” terang Kusmanto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya