SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pendidikan Solo, belasan siswa SDN Danukusuman mengalami ISPA.

Solopos.com, SOLO–Sekitar 300 siswa-siswi SD Danukusuman, Serengan, belajar di dalam gedung berdebu sejak sebulan terakhir. Akibatnya, belasan bahkan puluhan siswa SD dilaporkan menderita infeksi saluran penapasan atas (ISPA).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Demikian diungkapkan anggota Komisi IV DPRD Solo, Reni Widyawati seusai melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah wilayah di Kota Solo, Kamis (25/8/2016). Reny mengaku kaget mendengar penuturan para wali murid, siswa siswi, serta pengelola SD Danukusuman Serengan. Mereka, kata Reny, sejak awal tahun ajaran baru mengeluhkan adanya debu-debu dan udara kotor di dalam ruangan SD yang masih belum selesai dibangun itu. Namun, keluhan mereka belum ada jalan keluarnya.

“Gedung itu ceritanya baru dibangun dengan anggaran pusat senilai Rp2,2 miliar. Namun, gedung belum selesai dibangun, anggaran sudah habis,” jelas Reny saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (25/8/2016).

Celakanya, lanjut Reny, siswa-siswi sudah diminta menempati gedung yang belum kelar dibangun itu. Sebab, sekolah mereka yang lama dipinjam siswa-siswi sekolah lainnya, yakni dari SD Joyontakan yang terkena banjir sebelumnya.

“Karena setiap hari belajar di ruang berdebu, belasan dan bahkan puluhan siswa dilaporkan mengalami sesak napas. Mereka ada yang sudah diperiksakan ke puskesmas terdekat,” ujarnya.

Pembangunan SD Danukusuman merupakan proyek swakelola yang menggunakan anggaran pemerintah pusat Rp2,2 miliar. Tahap pertama pembangunan telah selesai pada 30 Mei tahun ini yang meliputi pembuatan 12 ruang kelas, ruang perpustakaan, kepala sekolah, guru serta kamar mandi. Pemasangan keramik sekolah dan pavingsasi direncanakan masuk anggaran tahap kedua 2017.

Sekretaris Komisi IV, DPRD, Asih Sunjoto Putro, mengatakan kejadian itu menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan sangat tak matang. Mestinya, sejak awal sudah direncanakan bagian mana saja yang akan didahulukan dibangun, mengingat gedung untuk kepentingan sekolah anak-anak.

“Gedung ini kan dipakai anak-anak sekolah. Tapi, lantainya masih berdebu. Sementara, tembok dan plafon malah sudah dicat semua. Mestinya kan lantai didahulukan karena untuk anak-anak sekolah,” paparnya.

Panitia pembangunan, kata dia, saat ini tengah mengajukan anggaran lagi ke pemerintah pusat untuk membeli dan memasang keramik. Namun, rencana itu juga masih membutuhkan waktu lama lagi. Padahal, anak-anak dan guru sekolah terus-terusan menghirup udara berdebu setiap hari.
“Kalau disetujui, baru enam bulan lagi cair. Kalau tidak cair bagaimana?” paparnya.

Asih berjanji segera mengundang Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga (Disdikpora) Solo untuk menyikapi masalah itu. Ia berharap, korban dari anak-anak sekolah akibat gedung berdebu tak terjadi lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya