SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa di SDN 4 Karanggede, Kecamatan Arjosari, memanfaatkan waktu istirahat untuk kegiatan bermain di halaman sekolah, Selasa (6/9/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Pendidikan Pacitan, SD di wilayah Kecamatan Arjosari hanya memiliki 12 siswa dan dua kelas kosong karena tidak ada siswa.

Madiunpos.com, PACITAN—Jumlah siswa di SD Negeri 04 Karanggede, Kecamatan Arjosari ini hanya ada selusin atau 12 anak. Jumlah siswa di sekolah dasar ini bisa dikatakan paling sedikit dibandingkan SD lain se-Pacitan

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sebanyak 12 siswa itu terdiri atas kelas I tiga anak, kelas II empat anak, kelas III dan kelas IV tidak memiliki siswa, kelas V satu anak, dan kelas VI empat anak. Selain itu, mereka juga harus berbagi ruang belajar, karena di sekolah itu hanya ada tiga ruang kelas dan dibagi untuk empat rombongan belajar, sehingga ada satu ruang kelas untuk dua rombel.

Itulah salah satu sudut wajah pendidikan di salah satu sekolah di wilayah terpencil di Kabupaten Pacitan. Sekolah ini berada di tengah hutan dan di perbukitan yang masuk di Desa Karanggede, Kecamatan Arjosari. Sekolah ini berada di sekitar 30 km dari pusat kota Pacitan atau sekitar 15 km dari pusat Kecamatan Arjosari.

Pantauan Madiunpos.com di SDN 4 Karanggede, Selasa (6/9/2016) pagi, seluruh siswa sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Suasana di sekolah tersebut sangat lengang dan sesekali terdengar suara tawa dari anak-anak yang berasal dari kelas. Sekolah tersebut terdiri atas dua gedung, yaitu satu gedung untuk satu ruang kelas, dan satu gedung lagi untuk tiga kelas. Satu ruang digunakan untuk dua rombel yang hanya disekat dengan papan triplek.

Kepala SDN 4 Karanggede, Bidjan Whoso, mengatakan jumlah siswa tahun pelajaran 2016 di SDN 4 Karanggede hanya 12 anak. Ada dua kelas yaitu kelas III dan IV yang tidak ada siswanya, karena memang tidak ada siswa yang daftar pada saat itu.

Dia menceritakan sekolah ini berdiri pada 1992, saat itu jumlah siswa mencapai 50 anak. Namun, pada saat itu kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di rumah penduduk setempat, karena saat itu SDN 4 Karanggede belum memiliki bangunan gedung.

Setelah itu, bangunan gedung sekolah mulai dibangun dan siswa sudah bisa belajar di ruang kelas seperti sekolah pada umumnya. Tetapi, justru setelah ada bangunan gedung yang bagus jumlah siswa semakin menurun. Hingga pada tahun ini hanya berjumlah 12 anak.

“Pada 2013 dan 2014, tidak ada anak yang mendaftar di sekolah ini, sehingga pada tahun ini untuk kelas III dan IV kosong,” ujar dia kepada Madiunpos.com saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (6/9/2016).

Bidjan menyampaikan ada berbagai faktor penyebab sekolah tersebut minim siswa. Dia menuturkan keberhasilan penerapan Program Keluarga Berencana (KB) dari pemerintah sangat mempengaruhi jumlah anak yang ada di desa tersebut. Saat ini jumlah penduduk di Dusun Sidorejo yang berada di sekitar SDN 4 Karanggede hanya 65 keluarga. Selain itu, faktor saingan antar-sekolah juga menjadi penyebab SD tersebut kesulitan mencari siswa.

Berdasarkan letak geografis, kata dia, SDN 4 Karanggede berada di sisi barat Dusun Sidorejo. Untuk warga yang tinggal perbatasan utara dusun itu lebih memilih bersekolah di Desa Tokawi, Kecamatan Nawangan. Sementara anak-anak yang tinggal di selatan Dusun Sidorejo lebih memilih sekolah di SDN 2 Karanggede.

“Selain itu, faktor infrastruktur jalan juga menjadi faktor sekolah ini jarang dilirik warga. Jalannya rusak dan sangat rawan terjadi longsor,” ujar dia.

Lebih lanjut, Bidjan menuturkan SDN 4 Karanggede ini termasuk sekolah dengan jumlah siswa paling sedikit di Pacitan. Selain jumlah siswa paling sedikit, jumlah guru juga bisa dikatakan paling minim. Saat ini hanya ada empat orang guru yang mendidik di sekolah itu, dua guru merupakan PNS dan dua guru merupakan Guru Tidak Tetap (GTT).

“Jadi di sini, saya sebagai kepala sekolah ya merangkap sebagai guru olah raga, dan guru kelas. Ya mau bagaimana lagi tidak ada guru di sini,” ujar dia.

Salah satu guru di SDN 4 Karanggede, Joko Purnomo, menuturkan meski dengan berbagai keterbatasan tersebut, siswa di SD ini memiliki semangat belajar yang cukup tinggi. Sejumlah siswa bahkan harus berjalan hingga 5 km dari rumah dengan kondisi jalan yang sangat terjal untuk mencari ilmu di sekolah.

“Tidak hanya siswa saja yang berjuang, para guru pun harus berjuang saat mengajar. Karena sebagian besar guru di SD ini berasal dari luar wilayah Arjosari,” jelas guru kelas VI SDN 4 Karanggede ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya