SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Saya berpendapat, masalah pendidikan lingkungan hidup melibatkan
manusia dan sikap terhadap alam sekitar, baik yang terjadi secara
emosional maupun fisik. Bila hubungan manusia dengan lingkungannya
terkait dengan pelaksanaan perintah Tuhan, manusia dilarang berbuat
kerusakan. Akibatnya hubungan manusia dengan lingkungannya menjadi
langkah dalam misi agama.

Dalam melaksanakan perintah agama pun manusia menyikapi lingkungannya
berlangsung secara fisik dan emosional, sehingga menggunakan pikiran,
hati dan badannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Alam kita rusak, akibat ulah tangan-tangan manusia dengan tanpa
berpikir bahwa lingkungan itu sangat menentukan kehidupan manusia, baik
yang bisa diperbaharui maupun yang tidak bisa diperbaharui. Apabila
sumber alam yang tidak bisa diperbaharui rusak, artinya kerusakan itu
permanen akan berakibat struktur alam kita menjadi berkurang.

Adapun masalah-masalah yang terkait dengan kebutuhan hidup manusia dan
lingkungannya antara lain ketersediaan oksigen, kelebihan CO2, daya
tembus matahari ke bumi yang kian terasa, ketersediaan pangan manusia
dan hewan, tanah untuk tumbuhnya berbagai tanaman, hingga sumber
oksigen alami dan managemen pemakaian dan konservasi sumber alam.

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara itu, pendidikan lingkungan terutama dalam mengajak semua
manusia untuk tetap membuat sumber-sumber tersebut menjadi seimbang.
Untuk hal ini sangat diperlukan sebuah kesadaran, keterlibatan, dan
tindakan. 

Untuk membangun kesadaran manusia tentunya perlu proses adopsi inovasi
yang diperlukan seperti adanya contoh, penghayatan, pencobaan, sehingga
dengan demikian bisa tumbuh adanya kesadaran yang menjadi awal proses
emosional manusia dalam menyikapi masalah lingkungan.

Untuk menyadari lingkungan menjadi penyangga kesejahteraan dan
menangkal bencana, manusia  harus dihadapkan pada dua peristiwa yang
nyata sebagai pengalaman. Lingkungan berpotensi bagi manusia karena
menghasilkan pangan, komoditas, sekaligus bencana. Mungkin suatu saat
nanti, lingkungan tidak lagi mampu mendukung kehidupan manusia. Inikah
kiamat?

Agar menyadari lingkungan menjadi pilar kehidupan, manusia harus
memperhatikan alam sekitar. Ada daerah yang dikatakan subur,
masyarakatnya hidup sejahtera. Ada lingkungan yang termasuk kering,
masyarakatnya menderita dalam hidup. Bahkan terjadi eksodus (migrasi
negative). Ada daerah yang puluhan tahun aman, suatu saat banjir,
setelah memperhatikan lingkungannya, ternyata terjadi perubahan
lingkungan hidup, misalnya penggundulan hutan, pemanasan global hingga
pencairan es di kutub. Semuanya akibat ulah tangan manusia.

Perilaku laut berubah juga pada akhirnya memengaruhi perilaku manusia
itu sendiri. Kejadian-kejadian itu seharusnya mengundang manusia untuk
sadar bahwa perubahan lingkungan berakibat langsung kepada kehidupan.

Walaupun manusia telah terlibat dengan kelakuan lingkungannya dan
akibat terjadinya perubahan kelakuan, tetapi belum tentu mengakibatkan
terjadinya tindakan yang reaktif sesuai dengan kejadiannya. Tindakan
manusia terkadang dipengaruhi kehidupan ekonomi, kerakusan, dan
egoisme.

Di dalam agama dikatakan bahwa kemelaratan sangat dekat dengan
kemaksiatan. Karena keadaan ekonomi, adalah realita kehidupan yang
harus diatasi setiap hari. Rendahnya perekonomian, menyebabkan manusia
melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk merusak
alam, pelanggaran sosial, tindak kriminal dan lainnya.

Kerakusan merupakan sifat manusia yang tidak terbatas pada
kesejahteraan hidup. Kerakusan juga dapat terjadi pada orang-orang yang
telah mencapai kesejahtearaan cukup, bahkan ia akan menimbun kekayaan
untuk dirinya.

Sementara itu, sifat egoisme juga menimbulkan dampak yang buruk. Bagi
orang ini, segala hal adalah untuk dirinya. Ukuran segala tindakan
selalu untuk keuntungan pribadi. Tak heran kelompok ini bisa dengan
tega merampas hak orang lain termasuk alam.

Dalam pada itu, penerapan rasa dan pikiran merupakan kegiatan yang
bertentangan. Pikiran lebih mempersoalkan apa adanya, sedangkan rasa,
cenderung lebih menghayati sesuatu dari latar belakangnya, sehingga
mengungkapkan kualitasnya… Untuk faktor emosi, kesabaran, keimanan
dan kepasrahan merupakan cermin dari derajat keimanan seseorang, yang
mencerminkan perilaku terhormat dalam segala tindakannya, tidak
tergesa-gesa, terencana, teratur, dan bijaksana..

Tindakan ini, harus disosialisasikan kepada anak-anak bangsa sejak usia
dini, sebelum pribadi yang salah terbentuk kemudian hari. Sejak dini
anak diajak untuk melakukan tindakan yang benar dalam menyikapi keadaan
lingkungan. Mari membiasakan senang menanam, dan senang menyiram
tanaman,

Mereka tidak diajarkan untuk merusak lingkungan, kita ajak mencintai
lingkungan, memperhatikan makna lingkungan bagi kehidupan, bahkan
berdialog dengan lingkungannya. Tindakan tersebut akan dapat menjadi
landasan konsep hubungan manusia dan lingkungan.

Metode yang cukup baik untuk itu adalah dilakukan proses pendampingan,
dengan sistem among, dan dengan mekanisme tut wuri handayani. Melakukan
konservasi lingkungan hidup bersama dengan melibatkan anak-anak.

Anak-anak harus diajarkan bagaimana menyikapi lingkungan dengan benar
mulai dari perilaku, konsep dan filosofi, yang sampai sekarang belum
dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya