SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pendidikan di Kudus membekali pelajar setempat dengan sikap cerdas dalam memilih informasi.

Semarangpos.com, KUDUS — Pelajar di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng) didorong memiliki kemampuan literasi media yang baik dengan bersikap cerdas dalam memilih informasi di era digital seperti sekarang ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Generasi muda sekarang harus aktif menjadi agen literasi media. Caranya, selalu kritis [skeptis] mempertanyakan kebenaran informasi tersebut dan tidak terburu-buru menyebarkan informasi yang diterima di tengah membanjirnya arus informasi dari media penyiaran dan media sosial,” kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kudus Eko Hari Djatmiko saat menjadi pembicara pada diskusi literasi media di Kafe Futsal United Kudus, Selasa (26/9/2017).

Diskusi tersebut diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kudus bekerja sama dengan Kantor Kesbangpol Kudus dan Komisi Penyiaran Informasi Daerah (KPID) Jawa Tengah. Hadir pada diskusi tersebut Ketua PWI Jateng Amir Machmud N.S. dan Komisioner KPID Jateng Setiawan Hendra Kelana.

Berbicara dalam diskusi literasi media yang diikuti para pelajar di Kabupaten Kudus itu, Eko menegaskan bahwa pemerintah daerah berkewajiban ikut aktif dalam membendung penyebaran bohong. Salah satunya, kata dia, dengan memperbanyak diskusi literasi media di kalangan anak muda, terutama pelajar agar semakin paham dan bersikap ketika mendapat informasi.

“Penguatan nilai-nilai empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI juga perlu terus dilakukan agar masyarakat tidak mudah terpecah belah,” ujarnya.

Komisioner KPID Jateng Setiawan Hendra Kelana menambahkan, bahwa generasi yang cerdas harus bisa membedakan mana tontonan yang bermanfaat dan tidak. “Kami tidak melarang menonton televisi, namun generasi muda harus cerdas dalam menonton televisi,” ujarnya.

Menurut dia, generasi muda harus paham bahwa itu hanya sekadar hiburan, jika ada hikmahnya bisa diambil. Ia menganggap, media televisi memiliki sejumlah kelemahan. Di antaranya, terkait dugaan distorsi informasi, dramatisasi, mengganggu privasi, pembunuhan karakter, eksploitasi pornografi, serta penyalahgunaan kekuasaan.

“Sebagai agen literasi media yang baik, pelajar harus menularkan sikap cerdas bermedia dengan memahami mana yang bermanfaat dan tidak serta berani tidak meniru hal-hal yang dianggap tidak baik,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua PWI Jateng Amir Machmud N.S. mengatakan, berita dinyatakan layak dipercaya jika telah menerapkan prinsip-prinsip jurnalistik. “Berita atau karya jurnalistik, harus memenuhi prinsip akuntabilitas, disiplin verifikasi, ditulis berdasarkan sumber yang layak dikutip, dan berasal dari berbagai sisi,” ujarnya.

Persaingan bisnis media daring yang mengandalkan kecepatan pemberitaan, katanya, kerap mengorbankan prinsip-prinsip jurnalistik tersebut. Oleh karena itu, kata dia, masyarakat sebagai pembaca harus cerdas dalam menyikapi berita yang diterimanya.

“Setidaknya, filter terlebih dahulu informasi atau berita yang diterima. Jika tidak bermanfaat, jangan disebar. Jika bermanfaat, perlu dipikirkan apakah orang lain memang perlu menerimanya,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya