SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi JIBI/Harian Jogja/Antara

Pendidikan Klaten yang memberlakukan program 5 hari sekolah  akan tetap berjalan.

Solopos.com, KLATEN – Dinas Pendidikan (Disdik) Klaten memastikan pelaksanaan program lima hari sekolah tetap berjalan. Kebijakan itu bergulir mulai tahun ajaran 2015/2016 di seluruh jenjang pendidikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Disdik Klaten, Pantoro, menjelaskan evaluasi pelaksanaan lima hari sekolah terus dilakukan. Salah satunya menjaring masukan dari wali murid selama sosialisasi yang belakangan gencar dilakukan.

“Kalau evaluasi terus kami lakukan. Kami adakan sosialisasi ke sekolah-sekolah sekaligus mencari masukan. Seperti, berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan saat Sabtu,” kata dia, Selasa (25/8/2015).

Pantoro memastikan pelaksanaan lima hari sekolah tetap berjalan meski ada keluhan terkait bergulirnya program tersebut. “Ini jalan terus. Kalau satu kasus kemudian hanya satu atau dua orang yang mengeluh, itu tidak bisa digeneralisir. Harus dicari solusi yang terbaik seperti apa,” terangnya.

Kebijakan lima hari sekolah digulirkan menindaklanjuti surat edaran (SE) Gubernur Jawa Tengah. Dari kebijakan itu, waktu efektif pembelajaran di sekolah yakni Senin-Jumat. Sementara, pada Sabtu dimanfaatkan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Pengurangan hari efektif pembelajaran di sekolah itu berimbas pada penambahan jam pelajaran pada Senin-Jumat.

Awalnya, program itu hanya berlaku untuk SMA dan SMK negeri. Namun, kebijakan itu juga berlaku untuk SD dan SMP berstatus negeri setelah ada masukan dari sejumlah penyelenggara pendidikan.

Anggota Komisi IV DPRD Klaten, M. Nurcholis Majid, mengatakan pelaksanaan program itu terkesan dipaksakan. Ia meminta Disdik untuk mengevaluasi program itu. “Secara pribadi saya tidak setuju dengan program tersebut karena anak ibaratnya dipaksakan untuk berpikir sampai sore. Seharusnya itu diujicobakan dulu di sekolah-sekolah perkotaan,” ungkapnya.

Nurcholis mengaku belakangan banyak masukan yang disampaikan masyarakat terkait pelaksanaan program tersebut. “Sudah banyak masukan terutama dari pengasuh-pengasuh TPA [Taman Pendidikan Al Quran]. Santrinya banyak yang siswa SD dan SMP. Karena capai setelah mengikuti kegiatan sekolah, banyak yang tidak bisa ikut TPA,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya