Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius
Namun, kata dia, saat ini sudah banyak perusahaan berskala internasional di luar negeri yang “memesan” para taruna lulusan Polimarin untuk bekerja begitu lulus, yang kebanyakan perusahaan di Eropa. Ia mengatakan perkembangan kemaritiman Indonesia memang masih tertinggal dibanding negara-negara maju yang lain, padahal Indonesia adalah negara maritim yang dua pertiga wilayahnya merupakan perairan.
“Pemerintah sudah harus mulai mengejar ketertinggalan di bidang kemaritiman. Sebab, maritim yang kuat menjadi salah satu resep menjadi negara yang kuat. Apalagi, sebagai negara kepulauan,” katanya. Menurut dia, devisa yang dihasilkan dari para pelaut Indonesia sangatlah besar dengan gaji tinggi yang mereka peroleh sehingga menjadi keharusan bagi Indonesia untuk meningkatkan jumlah pelautnya.
“Polimarin sendiri hanya memiliki 100 mahasiswa setiap tahun. Namun, perkembangannya ternyata sangat menggembirakan karena semakin banyak yang tertarik untuk dididik menjadi pelaut,” katanya. Tutie menyebutkan tahun pertama dibuka ada pendaftar sebanyak 150 orang, kemudian tahun kedua meningkat menjadi 300 orang, dan pada tahun ketiga tingkat persaingannya kian ketat menjadi 1:10 orang.
Sementara itu, Wakil Direktur I Polimarin Ario Hendartono mengakui jumlah pelaut selama ini memang masih sangat kurang, baik untuk memenuhi kebutuhan secara nasional maupun kebutuhan internasional. “Kekurangannya setidaknya sekitar 3.000 pelaut/tahun di seluruh dunia. Itu hanya kekurangannya. Memang kemudian banyak yang lebih tertarik bekerja di luar negeri karena gajinya tinggi,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah ke depannya mau memperhatikan bidang kemaritiman secara optimal, khususnya fokus pada bidang transportasi laut karena cakupan kemaritiman sangatlah luas. “Kemaritiman itu kan luas, ada fishing, transportasi, dan sebagainya. Yang paling potensial dikembangkan ya transportasi laut karena banyak kapal lalu lalang di perairan Indonesia,” katanya.