SOLOPOS.COM - Ganjar Pranowo (JIBI/Solopos/Dok)

Pendidikan Jateng yakni terkait program 5 hari sekolah tidak ada paksaan untuk melaksanakannya.

Solopos.com, SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengatakan tidak ada paksaan bagi pihak sekolah untuk melaksanakan lima hari sekolah dalam sepekan.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

“Kalau sekolah tidak siap, tidak melaksanakan [sekolah lima hari] tidak apa-apa,” katanya di Semarang akhir pekan lalu.

Untuk melaksanakan lima hari sekolah tingkat SMA/SMK yang Gubernur telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) No. 420/006752/2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan pada Satuan Pendidikan di Jateng.

SE Gubernur tersebut telah dikirim ke seluruh bupati/wali kota di Jateng. Uji coba sekolah lima hari mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016.

Ganjar menyatakan lima hari sekolah sebenarnya hanya memindahkan jadwal pelajaran, sehingga secara keseluruhan tindak akan mengurangi proses belajar mengajar bagi siswa.

”Lima hari sekolah ini seperti puasa Ramadan hanya memindahkan jadwal jam makan pagi menjadi makan sahur pukul 03.00 WIB. Nanti kalau sudah biasa kan menjadi enak,” ujar dia.

Tujuan lima hari sekolah, sambung Ganjar supaya para siswa mempunyai waktu lebih banyak bertemu dengan orang tua di rumah.

Kalau selama ini dengan enam hari sekolah dari Senin-Sabtu, waktu siswa bertemu dengan orang tua terbatas hanya pada Minggu.

”Saya hanya pengin siswa bisa bertemu orang tua setiap Sabtu-Minggu, sehingga bisa digunakan berwisata dan aktivitas lainnya bersama keluarga,” ungkap Ganjar.

Sekolah lima hari, ujar Gubernur masih bersifat uji coba sehingga tidak ada paksaan bagi pihak sekolah untuk melaksanakan karena sesuai dengan kesiapan sekolah bersangkutan.

”Dari hasil uji coba lima hari sekolah ini akan dilihat hasilnya,” tandas Ganjar.

Sementara itu, Anggota Komisi E DPRD Jateng, Muh Zen Adv menyatakan pelaksanaan lima hari sekolah akan berpengaruh bagi aspek pendidikan, sosial, dan lingkungan.

Di samping itu, menurut politikus dari PKB ini, dengan jam belajar lebih panjang dari pukul 07.00 WIB-15.30 WIB akan menimbulkan titik jenuh guru dan murid yang dikhawatirkan berpengaruh pada proses belajar mengajar.

”Dengan lima hari sekolah kelangsungan pendidikan nonformal seperti tempat les, taman pendidikan Alquran [TPQ], dan lainnya akan terganggu,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya