SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV dan AIDS. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengaku baru menemukan sekitar 43.393 penderita HIV dan AIDS di wilayahnya. Jumlah itu masih jauh dari target estimasi temuan kasus HIV dan AIDS di Jateng yang diperkirakan mencapai 52.677 penderita.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Rahmah Nur Hayati, mengatakan hingga kini target temuan kasus HIV dan AIDS Jateng baru terealisasi sekitar 83,4 persen. Sedangkan untuk keseluruhan temuan kasus baru HIV dan AIDS di Jateng hingga kuartal III 2022 baru mencapai 3.077 penderita.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kasus baru 2022 [hingga triwulan ketiga] untuk HIV ada 2.163 orang dan AIDS 914 orang. Bila diurutkan [paling banyak] di Kota Semarang, kemudian Kebumen dan Cilacap,” jelas Rahmah kepada Solopos.com, Rabu (16/11/2022).

Dari ribuan kasus yang ditemukan di Jateng itu, lanjut Rahmah, mayoritas penularan disebabkan hubungan seks beda jenis atau heteroseksual yakni sekitar 82 persen. Kemudian, hubungan seks sesama jenis atau homoseksual sekitar 10 persen, pascamelahirkan atau perinatal 3,14 persen, penggunaan jarum suntik 2,49 persen, dan transfusi darah sekitar 0,12 persen.

“Oleh karena itu kami mengedukasi akan kesadaran masyarakat untuk tidak melakuan perilaku berisiko. Seperti seks bebas dan pemakaian narkoba dengan jarum suntik. Kemudian masyarakat bisa datang ke layanan pukesmas atau rumau sakit terdekat untuk tes HIV/AIDS bagi yang merasa berisiko. Setiap ibu hamil yang datang ke puskesmas dan klinik juga harus di skrining HIV. Terlebih kami juga melakukan perluasan layanan tes HIV,” jelasnya.

Baca juga: 2.163 Kasus Baru HIV Ditemukan di Jateng, Tertinggi dari Semarang

Sementara itu, Sub Kordinator Penyakit Tidak Menular dan Menular Dinkes Jateng, Arfian Nevi, tak menampik bila ada orang yang terindikasi positif HIV/AIDS menghentikan pengobatanya. Kendati demikian, ia enggan memperinci jumlah orang yang berhenti melakukan pengobatan tersebut.

“[Mayoritas berhenti pengobatan] karena minum obat seumur hidup. Jadi bosan dan jenuh. Namun, kami ada PMO [pengawasan minum obat] untuk antisipasi dini faktor serupa,” jelasnya.

Tingginya angka kasus HIV dan AIDS di Jateng ini juga terjadi berkat semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan kesehatan. Banyak masyarakat yang melakukan voluntary counselling and testing (VCT) atau tes HIV.

Baca juga: Peroleh Bantuan dari Kemensos, ODHA di Klaten Ini Ingin Serius Beternak Bebek

Tak hanya itu, setiap puskesmas di kabupaten/kota di Jateng juga banyak yang telah membuka pelayanan kesehatan bagi masyarakat atau orang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA). Termasuk, dalam menyediakan obat anti retroviral (ARV).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya