SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Yogyakarta–Penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan mencapai 30 juta orang pada 2020, jika tidak ada upaya pencegahan yang baik.

“Data yang ada menunjukkan saat ini prevalensi diabetes di perkotaan Indonesia sekitar 5,6 persen. Hal ini terjadi karena gaya hidup masyarakat semakin tidak sehat, seperti kurang olah raga, pola makan yang tidak seimbang, dan obesitas,” kata penanggung jawab “Diabetic Center” Asri Medical Center (AMC) Dr Agus Widiyatmoko SpPD MSc. di Yogyakarta, Sabtu (15/8).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia mengatakan, diabetes merupakan penyakit degeneratif yang sering menimbulkan komplikasi kardiovaskular.  Ada beberapa jenis diabetes, yakni diabetes tipe 1, tipe 2, dan gestasional.

Diabetes tipe 1 ditandai dengan ketidakmampuan pankreas memproduksi insulin karena adanya proses autoimun. Diabetes tipe 1 sering juga disebut diabetes yang tergantung insulin dan biasanya menyerang sejak usia anak-anak.

Diabetes tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat sehingga menyebabkan resistensi insulin. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak ditemukan.

“Jika dulu penyakit diabetes tipe 2 dihubungkan dengan usia lanjut, saat ini diabetes tipe 2 dapat menyerang sejak usia anak-anak, remaja, dan usia dewasa,” katanya.

Selain diabetes tipe 1 dan tipe 2, menurut dia, ada juga diabetes gestasional, yakni diabetes yang terjadi pada kehamilan. Seorang ibu yang menderita diabetes gestasional memiliki risiko untuk terjadinya diabetes tipe 2 di kemudian hari dan bayi yang dilahirkannya memiliki risiko yang sama  pada waktu dewasa.

Ia mengatakan, seseorang yang telah menderita diabetes, ibaratnya telah menandatangani kontrak seumur hidup dengan diabetes. Hal ini terjadi karena saat ini belum ada terapi yang dapat mengembalikan fungsi pankreas menjadi normal kembali.

Jika sudah menderita diabetes, yang bisa dilakukan adalah mengontrol agar kadar gula darah tidak melebihi batas yang dianjurkan. Jika kadar gula darah tidak diatur dengan baik, penderita diabetes akan mengalami komplikasi.

Komplikasi yang terjadi dapat ringan sampai berat, akut atau kronis, bahkan penyebab kematian terbesar penderita diabetes adalah terjadinya komplikasi kardiovaskuler.

“Untuk itu, seorang penderita diabetes harus mendapatkan edukasi yang benar tentang penyakitnya dan pola hidup sehat, olahraga yang teratur, diet yang sesuai dan mendapatkan terapi medis yang tepat, agar dapat mengontrol kadar gula darahnya dan terhindar darikomplikasi,” katanya.

Terkait dengan pelaksanaan puasa selama Ramadan, ia mengatakan, penderita diabetes yang menjalani ibadah puasa juga harus melakukan penyesuaian. Jika sebelum puasa diet yang dilakukan adalah dengan
makan tiga kali sehari, saat puasa menjadi hanya dua kali sehari.

Menurut dia, olah raga yang dilakukan juga harus mendapatkan penyesuaian dan terapi penderita diabetes baik yang diminum maupun
suntikan insulin harus disesuaikan pada saat puasa.

“Namun demikian, mengingat kondisi dan komplikasi diabetes, beberapa penderita tidak bisa menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan baik. Oleh karena itu, penderita diabetes juga perlu diberikan edukasi bagaimana tetap mampu menjalankan ibadah puasa dengan baik,” katanya.

ant/fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya