SOLOPOS.COM - Tebing Gunung Lawu. (Istimewa/Tim SAR Karanganyar)

Solopos.com, KARANGANYAR — Keindahan Gunung Lawu dengan pemandangan alam yang masih asri tidak perlu diragukan lagi. Akan tetapi, di balik keindahannya, Gunung Lawu menyimpan petaka berupa cuaca ekstrem yang ditandai dengan suhu rendah dan sering membuat pendaki hipotermia.

Gunung bernama asli Wukir Mahendra itu merupakan yang tertinggi keenam di Pulau Jawa. Status gunung setinggi 3.265 mdpl itu termasuk kategori gunung api istirahat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski demikian masih tercium bau belerang saat pendaki melalui pos 2 jalur pendakian Cemoro Sewu. Bau belerang akan semakin menyengat saat turun hujan.

Di saat itu juga suhu udara di Gunung Lawu bisa turun drastis. Suhu udara di sana paling rendah bisa menembus 3 derajat Celsius pada dini hari.

Tanpa persiapan dan perbekalan yang cukup, pendaki bisa sangat tersiksa berada di puncak Gunung Lawu dengan suhu ekstrem demikian. Bahkan pendaki bisa mengalami hipotermia yakni kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35 derajat Celsius.

Akibatnya, jantung dan organ vital lainnya gagal berfungsi. Kondisi paling buruk bisa menyebabkan kematian jika terlambat ditangani.

Baca juga: Tangga ke Gunung Lawu Dibangun Agar Tak Ada Pendaki Tersesat

Tubuh Membeku

Menurut penelusuran Solopos.com dari sejumlah sumber, suhu 3 derajat celsius bukanlah suhu terendah di puncak Gunung Lawu. Gunung yang memiliki ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu bisa menembus minus 9 derajat Celsius dalam kondisi tertentu yang sangat ekstrem.

Dengan suhu tersebut, embun akan membeku. Angin di puncak akan terasa menusuk tulang jika pendaki tak mengenakan jaket tebal yang mampu menahan udara dingin.

Suhu dingin di Gunung Lawu disertai munculnya embun es beku itu dibenarkan Koordinator Lapangan Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Karanganyar, Nardi, saat diwawancarai Solopos.com pada Juli 2020 lalu. Dia menyebut fenomena alam tersebut sebagai hal biasa yang terjadi pada Juli dan Agustus.

“Kondisi itu [tanaman berselimut es] wajar terjadi apabila musim dingin. Sering saat musim dingin. Biasanya di bulan Juli dan Agustus,” kata Nardi.

Baca juga: Kisah Misteri Pasar Setan Gunung Lawu

Ia menyebut hawa yang dirasakan di Gunung Lawu mbediding atau sangat dingin cenderung kering. Kondisi itu terjadi setiap memasuki musim kemarau di area pegunungan.

Dia mengimbau pendaki yang hendak menikmati keindahan Gunung Lawu agar mempersiapkan kebutuhan untuk mengatasi suhu dingin agar tidak beku di puncak. Beberapa barang yang semestinya dibawa antara lain sleeping bag, penghangat tubuh sesuai kebutuhan, obat-obatan dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya